Selasa, 30 Juni 2015

melaspasin toko

Tingkatan upacara melaspas, seperti halnya upacara-upacara lainnya yaitu:
  1. Kanista, upacara yang dilakukan paling sederhana
  2. Madya, Upacara yang dilakukan tergolong sedang.
  3. Utama, Upacara yang dilakukan tergolong besar.
Sebelumnya dilakukan upacara Melaspas, dilakukan terlebih dahulu mecaru.
  • Nedunang Bhutakala
  • Menghaturkan Labaan
  • Mengembalikan ketempatnya masing-masing.
Selanjutnya baru dilakukan upacara Melaspas, Rangkaian upacara melaspas sebagai berikut:
  1. Mengucapkan orti pada mudra bangunan
  2. Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan ).
  3. Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas.
  4. Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan (melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
  5. Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang tinggi)
  6. Ngayaban caru prabot
  7. Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih), lalu upacaranya di tingkat madya dan nistaning utama bisa dilaksanakan sekaligus. (Drs.I Nyoman Singgih Wikarman)
Puncak upacara melaspas umumnya disertai dengan menancapkan tiga jenis bentuk banten yang disebut ”Orti”. Tiga jenis banten Orti itu adalah Orti Temu, Orti Ancak dan Orti Bingin. Tiga Orti ini menggambarkan makna dari rumah tinggal tersebut. Orti Temu sebagai simbol yang melukiskan rumah tinggal itu setelah dipelaspas bukan merupakan rangkaian bahan-bahan bangunan yang bersifat sekala semata yang tak bernyawa, tetapi sudah ditemukan dengan kekuatan spiritual yang niskala dengan upacara yadnya yang sakral. Ini artinya rumah tinggal itu sudah hidup atau ”maurip” secara keagamaan.





1). SANGGAR SURYA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Penastan, Ring Sor: Segehan Agung, petabuh arak-berem-tuak.
2). PADMASANA: Daksina Pralingga, Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Ayaban Tumpeng pitu , Penastan, Rantasan, Cane, Sesayut Amertha Dewa, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Agung.
3). PANUNGGUN KARANG: Daksina Pralingga, Suci Alit, Pejati, Ketipat Dampulan, Ayaban Tumpeng lima, Rantasan, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak, gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan Hitam.
4). LAPAAN / PANGGUNGAN: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati , Ayaban Tumpeng 11 (Peras, Pengulapan, Pengambyan, Dapetan, Penyeneng, Kurenan, Panyegjeg, Pancoran, soda, pangkonan), Jerimpen Sumbu 1 pasang, pajegan buah 1, Pajegan bunga, Sesayut lembaran: Sesayut Tulus Ayu, Sesayut Siddha Karya, Sesayut Siddha Lungguh, Sesayut Siddha Sampurna, Sesayut Dewa Rame Rawuh. Penastan, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
5). BANTEN PEMELASPAS PELINGGIH: Suci Alit, Pejati, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Perabot Tukang (siku, palu, pahat).
6). BANTEN PEMELASPAS RUMAH: Suci Alit, Pejati, Ayaban Tumpeng Lima, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Ulap-ulap, Orti, Ceniga, Gantung-gantungan, Segehan Cacahan.
7). BANTEN PELANGKIRAN (kalau ada): Pejati, ceniga, gantung-gantungan, segehan cacahan.
BANTEN DAPUR, SUMUR: @ peras, daksina, segehan cacahan.
8). BANTEN PEMESU: Soda 2 set, ceniga, gantung-gantungan @ 2 set, segehan panca warna.
9). CARU PANCA SATA DI NATAH:
A. Arah Timur: Caru ayam putih tulus, dengan urip 5, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna putih.
B. Arah Selatan: Caru ayam biying (merah), dengan urip 9, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng,Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, koberwarna .
C. Arah Barat: Caru ayam Putih Kuning, dengan urip 7, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna kuning.
D. Arah Utara: Caru ayam Hitam, dengan urip 4, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna Hitam.
E. Di Tengah: Caru ayam brumbun, dengan urip 8, lengkap dengan banten ayaban caru, Suci Laksana, Daksina Gede, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober lima warna. Sesayut Byakala, Prayscita, Durmenggala
F. Perlengkapan Caru yang lainnya:
Masing-masih Caru berisi nasi bulan dengan lauk kuning telor ayam, nasi matan ai dengan lauk putih telor ayam, nasi segara muncar dengan lauk darah mentah. Masing-masing caru berisi: nasi selasahan, tulung urip dengan lauk kacang sawur, cau petik dengan lauk kacang sawur, cau tampak dengan lauk kacang sawur, tri kona dengan lauk ikan laut, dan nasi takep-takep dengan lauk ikan tawar, masing-masing ditanding sesuai dengan arah, warna dan urip. Sapu, tulud, kulkul, tetimpug, arak-berem-tuak-toya anyar.
10). AREPAN SANG MAMUJA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati,sesayut Dharma Wiku, Prayascita, Byakala, Durmenggala, Pengulapan, Eteh-eteh Padudusan alit, Payuk Pelukatan, Sibuh Pepek, Kuskusan Sudamala, Lis Gede 1 buah. Ceniga, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
* Catatan: kalau mau diturunkan tinggal merubah suci laksana menjadi suci alit, dari suci alit menjadi suci sibakan. Caru dari panca sata menjadi eka sata.
Om Santih Santih Santih Om
Sumber:
* Lontar Mpu Lutuk-Koleksi pribadi
* Lontar Kala Tatwa-Kolekasi pribadi
* Lontar Indik Nguangun Parahyangan-Koleksi pribadi
* Lontar Wiswakarma Tatwa-Koleksi pribadi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar