shering grop
RAMALAN NABI MUHAMMAD DALAM WEDA?
Dari uraian tentang siapa Mahadeva
yang disebut dalam Bhavisya Purana,
pembahasan ini dilanjutkan kepada
kutipan literatur sanskerta Veda yang
terdapat dalam Bhavisya purana
berikut dengan penjelasan maknanya.
Semua kutipan di alih bahasakan dari
artikel yang dibuat oleh Stephen
Knapp dalam artikel resminya yang
membahas pengakuan sepihak satu
tokoh agama tertentu dalam Bhavisya
Purana. Berikut adalah kutipan dari
penjelasannya.
Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda
3, Adhyaya 3, Sloka 5-27
mahamadh ithi khayat, shishya-sakha-
samniviyath
||Bhavisya Purana III, 3.3.5|
mahadev marusthal nivasinam.
mahadevthe snanya-pya punch-gavua
samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya
pravathiney
||Bhavisya Purana III, 3.3.6-7|
malech-dharma shav shudhaya sat-
chit-anandaya swarupye,
thva ma hei kinkare vidhii
sharanaghatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.8 |
suta uvacha: ithi shurthiya sthav
deva shabadh-mah nupaya tam,
gath-vaya bhojraj-ney
mahakhaleshwar-sthale
||Bhavisya Purana III, 3.3.9|
malech-shu dhushita bhumi-vahika
nam-vishritha
arya dharma hi nav-vathra vahike
desh-darunya
||Bhavisya Purana III, 3.3.10|
vamu-vatra maha-mayi yo-sav dagdho
myaa pura
tripuro bali-daithyane proshith
punaragath
||Bhavisya Purana III, 3.3.11|
ayoni sa varo math prasava daithyo-
vrudhan
mahamadh ithi khayath , paishacha-
kruthi thathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.12|
nagathvaya thvya bhup paisachae
desh-vartake
math prasadhayane bhupal tav
shudhii prajayathe
||Bhavisya Purana III, 3.3.13|
thi shruthva nupshav svadesha-napu
maragmath
mahamadh toi sdhav sindhu-thir
mupaye-yav
||Bhavisya Purana III, 3.3.14|
uchav bhupati premane mahamadh-
virshad
tva deva maharaja das-tva magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.15|
mamo-chit sabhu jiya-dhatha
tatpashya bho nup
ithi shruthya ththa hata para
vismaya-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.16|
malechdhano mathi-shasi-tatsaya
bhupasaya darutho
||Bhavisya Purana III, 3.3.17|
tucha tva kalidas-sthu rusha praah
mahamadham
maya-thei nirmithi dhutharya nush-
mohan-hethvei
||Bhavisya Purana III, 3.3.18 |
hanishyami-duravara vahik purusha-
dhamum
ityak va sa jidh shrimanava-raja-
tathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.19|
japthya dush-sah-trayach tah-
sahansh juhav sa
bhasm mutva sa mayavi malech-dev-
tva-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.20|
maybhithashtu tachya-shyaa desh
vahii-kamayuuah
guhitva svaguro-bhasm madaheen
tva-magatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.21|
swapiit tav bhu-ghyot-thro-shrumadh-
tathpara
madaheen puro jath thosha trith
sayam smurthaum
||Bhavisya Purana III, 3.3.22|
rathri sa dev-roop-shav bahu-maya-
virshad
paisacha deha-marathaya bhojraj hi
so trivith
||Bhavisya Purana III, 3.3.23|
arya-dharmo hei to raja-sarvoutham
smurth
ishapraya karinayami paishacha
dharma darunbhu
||Bhavisya Purana III, 3.3.24|
linga-chedri shikhaheen shamshu
dhaari sa dhushak
yukhalapi sarva bhakshi bhavishyat
jano maum
||Bhavisya Purana III, 3.3.25|
vina kaul cha pashav-thosha
bhakshava matha maum
muslanav sanskar kushariv bhavishyat
||Bhavisya Purana III, 3.3.26|
tasman-musal-vanto hi jathiyo
dharma dhushika
ithi pishacha-dharma mya kruth
||Bhavisya Purana III, 3.3.27|
Untuk mengurutkan masing-masing
kejadian, di dalam Bhavisya Purana,
Sri Suta Gosvami (putra
Lomaharshana) pertama-tama
menjelaskan bahwa pada waktu
sebelumnya, pada masa dinasti Raja
Shalivahana, ada sepuluh raja yang
akan mencapai svarga loka setelah
memerintah selama lebih dari 500
tahun lamanya. Dimana masing-
masing dari sepuluh raja tersebut
memerintah selama 50 tahun.
Kemudian secara perlahan moralitas
mulai merosot di planet bumi. Pada
masa tersebut, Raja Bhojaraja adalah
raja ke-sepuluh di bumi yang
memerintah 450 tahun setelah
pemerintahan Raja Shalivahana.
Ketika Dia (Raja Bhojaraja)
mengetahui bahwa tatanan moralitas
dan etika merosot, Dia pergi untuk
melakukan eksvansi kekuasaannya ke
semua arah dan negara dengan
sepuluh ribu tentara dipimpin oleh
Kalidasa. Dia (Raja Bhojaraja)
menyeberangi sungai Shindu (sungai
Indus) bergerak terus menuju ke
utara dan menaklukan Gandharas
(Afganistan saat ini), komunitas
Mleccha (wilayah Turki saat ini), suku
Shaka, Kashmir (wilayah Kashmir dan
Pakistan), Narava dan Satha. Raja
Bhojaraja merebut tahta kekuasaan
mereka dan memberikan hukuman
kepada mereka.
Selanjutnya, dalam Sloka 7-8
dijelaskan, Raja Bhojaraja, raja dari
para Arya yang telah meninggalkan
India (Bharata) untuk pergei
memperluas kekuasaanya,
menyeberangi sungai Shindu
(Indhus) dan juga ke arah barat,
bertemu dengan sosok Mahamadh ||
महमद | [yang diklaim penulis sebagai
Muhammad, sedangkan yang tertulis
adalah “mahamadh” lihat sloka.
5,12,14,15 dan 18]. Mahamadh adalah
pemimpin dari masyarakat Mleccha -
Dharma atau agama bangsa Mleccha
[lihat sloka. 8, 10, 17 dan 20].
Mahamadh tiba bersama para
pengikutnya. Pada saat itu, Raja
Bhojaraja melakukan pemujaan
kepada Archa Siva Mahadeva [lihat
sloka 7, disebutkan “mahadev
marusthal nivasinam. mahadevthe
snanya-pya punch-gavua samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya
pravathiney” yang menjelaskan
pemujaan kepada Acrha (Lingga) Siva
yang ada di wilayah padang pasir, hal
yang bertentangan dengan agama
dari tokoh yang diklaim penulis]
pemimpin tertinggi para Dewa. Archa
Siva tersebut terletak di tanah gurun
(padang pasir). Raja Bhojaraja
membersihkan Archa Siwa (Lingga
Siwa) dengan air sungai Gangga dan
melakukan pemujaan kepada Siva
dengan pemusatan pikiran serta
mempersembahkan Pancagavya yaitu
susu sapi, mentega, yogurt (susu
asam), kotoran sapi dan kencing sapi,
bersama pasta dari pohon cendana
dan yang lainnya. Raja Bhojaraja
melakukan pemujaan dengan sangat
baik kepada Siwa, dengan begitu
tulus dan penuh pengabdian. Raja
Bhojaraja melakukan pemujaan
kepada Siva Mahadeva, "Wahai
Girijanatha yang bersthana di padang
gurun ini (marusthal), hamba
mempersembahkan puja hamba
kepada_Mu, Engkau telah
menunjukan kekuatan maya_Mu
(ilusi) untuk menghancurkan
Tripurasura (Asura Tripura, dan
bangsa Mleccha kini menjadi pemuja_
Mu. Engkau yang tidak ternodai dan
merupakan pengetahuan sat-cit-
ananda svarupa (pengetahuan
tentang keabadian dan kebahagiaan).
Diri hamba adalah pemuja_Mu,
Pelayan_Mu. Kehadiran hamba di
bawah perlindungan dari_Mu".
Pada sloka 10-27, selanjutnya Sri Suta
Gosvami menjelaskan. Setelah
mendengar puja dari Raja Bhojaraja
dan berkenan atas pemujaan
tersebut. Deva Siva memberikan
sebuah sabda kepada Raja Bhojaraja,
“Berangkatlah ke Mahakaleshvara
(wilayah Ujjain) di tanah Vahika, yang
saat ini dicemari oleh bangsa
Mleccha (yang tidak mengenal
pengetahuan Veda). Wahai raja,
tanah dimana dirimu berdiri sekarang
yang dikenal dengan nama Bahik,
telah dicemari oleh bangsa Mleccha.
Di negeri yang buruk tersebut
Dharma telah diabaikan. Sebelumnya
di sana ada Asura dengan nama
Tripura (Tripurasura) yang telah aku
musnahkan menjadi abu pada satu
kesempatan sebelumnya. Dia (Asura
Tripura/Tripurasura) kembali datang
diperintakan oleh Bali ) [lihat sloka
11 disebutkan kata “tripuro bali-
daithyane” yang bermakna Tripura
utusan Asura Bali (daithya_raksasa)].
Dia (Inkarnasi Asura Tripura/
Tripurasura) tidak memiliki asal
namun Dia memperoleh anugerah
dari_Ku. Dia memiliki nama
Mahamadh dan kepribadiannya
bagaikan Bhuta (mahluk halus). Oleh
karena itu, wahai raja, engkau
sebaiknya tidak pergi ke wilayah
dimana Asura yang bersifat buruk
tersebut berada” [ sloka 10-27
menyebutkan bahwa Mahamadh
adalah Inkarnasi Asura Tripura/
Tripurasura yang sebelumnya telah
dimusnahkan oleh Deva Siva namun
atas perintah Asura Bali dan
anugerah dari Deva Siva sendiri,
Tripurasura hadir kembali ke dunia].
Mendengar sabda tersebut, Raja
Bhojaraja segera kembali ke
kerajaannya (Bharata) dan disertai
Mahamadh, namun Mahamadh hanya
turut serta sampai di tepi sungai
Shindu (Indhus). Dia (Mahamadh)
adalah penguasa ilusi, dan Dia
berkata kepada Raja Bhojaraja
dengan begitu berbesar hati, “Wahai
raja yang agung, Tuhan_mu telah
menjadi hambaku, lihatlah, saat dia
memakan sisa-sisa dariku, aku akan
menunjukkannya kepadamu”
Raja Bhojaraja terkejut disaat melihat
hal itu terjadi kepada mereka
sebelumnya. Kalidasa (pemimpin
pasukan Raja Bhojaraja) menjadi
marah dan berkata kepada
Mahamadh, “Wahai yang
berkepribadian buruk, dirimu telah
menunjukan ilusi untuk
membingungkan raja, aku akan
membunuhmu, dirimu adalah
kepribadian terendah”. Raja Bhojaraja
kemudian meninggalkan daerah
teresebut.
Kemudian, dalam perwujudan Bhuta
(mahluk halus), penguasa ilusi
Mahamadh hadir pada malam ke-
delapan di hadapan Raja Bhojaraja
dan berkata, “Wahai raja, agamamu
yang dikenal sebagai agama yang
paling baik di antara agama-agama
lainnya. Tetapi, dengan perintah
Tuhan, aku akan mendirikan agama
yang buruk dan bersifat merusak
(demoniac) serta memaksakan
keyakinan kuat (keras) kepada para
pemakan daging (bangsa Mleccha).
Pengikutku akan dikenal karena
mengiris kemaluan mereka, mereka
tidak memiliki Shikha (kuncir rambut
di kepala,seperti selaiknya para
Brahmana), tetapi akan memiliki
jenggot (janggut), membuat suara
yang keras (menyukai kegaduhan),
dan akan memakan segala jenis
daging kecuali daging babi tanpa
memperhatikan berbagai bentuk
upakara (yadnya), mereka akan
melakukan perbuatan penyucian diri
dengan “musala”. Dan mereka
disebut dengan “musalman”, dan
tidak melakukan penyucian harta
benda (barang-barang) mereka
dengan rumput “kusha” (sebagaimana
tradisi dalam masyarakat penganut
Veda). Jadi, aku akan menjadi
pencipta ajaran Adharmik ini (ajaran
yang bertentangan dengan Sanathana
Dharma), dan sebuah agama yang
bersifat merusak (demoniac) bagi
bangsa yang memakan daging”[lihat
sloka 12,24, dan 27 terdapat kata
“paishacha dharma_pencemar nilai-
nilai kebenaran” dan “dharma
dhushika_ penentang realitas
kebenaran”. Setelah mendengar
perkataan Mahamadh, Bhavisya
Purana menjelaskan bahwa Raja
Bhojaraja ke istananya, kembali ke
negerinya. Sedangkan perwujudan
ilusi dari Mahamadh kembali ke
asalnya, marusthal (gurun pasir).
Bagian akhirnya menjelaskan
bagaimana Raja Bhojaraja adalah
seorang yang cerdas, membentuk
bahasa Sanskerta untuk Vrna
Brahmana, Kstria dan Vaisya serta
membentuk bahasa Prakrita untuk
para pekerja (Vrna Sudra) untuk
komunikasi masyarakat biasa dalam
kehidupan keseharian mereka.
Setelah 50 tahun memerintah, Raja
Bhojaraja mencapai svarga loka,
prinsip-prinsip moralitasnya begitu
dihormati dan bahkan dipuji para
Dewa. Arya – Vartha, tanah suci
tersebut terletak di antara
Vindhyacala dan Himachala, atau
gugusan pegunungan yang dikenal
sebagai bagian bawah dari wilayah
Vindhya. Sedangkan masyarakat
Musalman tetap berada di wilayah
lainnya, yaitu di sebelah barat laut
dari sungai Shindu (Indhus).
[http://www.stephen-knapp.com/
mohammed_is_he_really_predicted_in_
bhavishya_purana.htm ]
Dari informasi yang dirangkum oleh
Stephen Knapp dan kutipan yang
disertakan oleh penulis buku ramalan
di atas, dapat di bandinkan informasi
pembanding yang lebih jelas sebagai
berikut :
1. Tokoh yang dimaksudkan
dinyatakan di utus oleh Isyparmatma,
dikutip dari sloka ||Bhavisya Purana
III, 3.3.24| yaitu “ishapraya
karinayami paishacha dharma
darunbhu” yang justru menyatakan
bahwa Mahamadh menjelaskan
dirinya mengklaim membawa ajaran
dari Tuhan tapi ajaran tersebut
berntentengan dengan Sanathana
Dharma, kata “paisacha dharma”
berarti “pencemar (bertentangan
dengan) Dharma”.
2. Penulis menyatakan bahwa
pengikut Mahamadh akan
mendengarkan wahyu dan panggilan
“adzan”. Penjelasan rinci dalam
masing-masing sloka tidak
menyebutkan kata “adzan” dan ini
tafsir yang terlalu di paksakan oleh
penulis.
3. Penulis menyatakan bahwa
pengikut Mahamadh, yaitu Musalman
akan suci di medan perang,
sebaliknya seuai kutipan sloka
Bhavisya Purana III, 3.3.27 “tasman-
musal-vanto hi jathiyo dharma
dhushika ithi pishacha-dharma mya
kruth” dijelaskan kata “dharma
dhushika_pencemar nilai-nilai
kebenaran” dan “pishacha dharma_
penentang realitas kebenaran” yang
secara tegas bahwa ajaran yang
dibawa oleh Mahamadh tidak sesuai
dengan Veda dan bertentangan
dengan Dharma.
4. Dan yang paling akhir adalah
Bhavisya Bhavisya Purana III, 3.3
tidak menjelaskan tentang kehadiran
Sri Kalki Avatara (inkarnasi Vishnu)
tetapi menjelaskan tentang
perjalanan hidup Raja Bhojaraja dan
diskripsi tentang Asura Mahamadh
inkarnasi dari Tripurasura.
Informasi ini di rangkum dari
penelusuran yang dilakukan oleh
Stephen Knnap dengan disertai
literatur sanskerta Veda dari sastra
Bhavisya Purana Prati Sarga III kanda
3 adhyaya 3 sloka 5-27 untuk
menegaskan penyampaian informasi
yang lebih tepat dari kekeliruan tafsir
yang dilakukan oleh penulis buku
ramalan terhadap tokoh yang
dihormati oleh masyarakat agama
tertentu. Tujuannya agar tidak terjadi
kesimpang siuran informasi yang
mengarah kepada pengaburan
sejarah keagamaan satu masyarakat
beragama atau penistaan tokoh yang
dihormati karena kekeliruan
identifikasi (pencocokan) karakter
yang berbeda dan terlalu dipaksakan
oleh penulis buku tersebut.
Kesimpulan dari pembahasan ini
adalah sesuai literatur Bhavisya
Purana, Mahamadh adalah inkarnasi
dari Asura Tripura/Tripurasura, satu
kepribadian yang didiskripsikan
kurang baik, menguasai ilusi dan
mengajarkan ajaran yang
bertentangan dengan Veda
(Sanathana Dharma).
Apakah Mahamadh yang
didiskripsikan dalam Bhavisya Purana
itu sesuai dengan kepribadian dari
satu tokoh yang dimuliakan satu
masyarakat beragama sesuai
pengakuan penulis buku ramalan di
atas, para pembaca bisa
membandingkan informasi dan
memberikan penilaian sendiri.
Akhir kata, semoga artikel ini
menambah wawasan, memberikan
rujukan informasi yang mencerdaskan,
dan bermanfaat bagi keyakinan dan
kesadaran beragama untuk masing-
masing pribadi. Sampai jumpa pada
pembahasan sanggahan pengakuan
sepihak ramalah salah satu tokoh
masyarakat beragama tertentu bagian
ke-2.
Satyameva jayate nanritam_ Hanya
realitas kebenaran yang pasti akan
menang
Dan maaf jika ada pihak yang tersinggung karena ini mengungkap Fakta Wedha yang DiBelokan oleh Oknum yang tidak Bertanggung Jawab..
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya
OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang
Maha Esa, semoga terwujudkan
kedamaian di hati, terwujudkan
kedamaian di dunia, terwujudkan
kedamaian untuk selamanya.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Sumber:http://bit.ly/1f15h5J
RAMALAN NABI MUHAMMAD DALAM WEDA?
Dari uraian tentang siapa Mahadeva
yang disebut dalam Bhavisya Purana,
pembahasan ini dilanjutkan kepada
kutipan literatur sanskerta Veda yang
terdapat dalam Bhavisya purana
berikut dengan penjelasan maknanya.
Semua kutipan di alih bahasakan dari
artikel yang dibuat oleh Stephen
Knapp dalam artikel resminya yang
membahas pengakuan sepihak satu
tokoh agama tertentu dalam Bhavisya
Purana. Berikut adalah kutipan dari
penjelasannya.
Bhavisya Purana Prati Sarga III Kanda
3, Adhyaya 3, Sloka 5-27
mahamadh ithi khayat, shishya-sakha-
samniviyath
||Bhavisya Purana III, 3.3.5|
mahadev marusthal nivasinam.
mahadevthe snanya-pya punch-gavua
samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya
pravathiney
||Bhavisya Purana III, 3.3.6-7|
malech-dharma shav shudhaya sat-
chit-anandaya swarupye,
thva ma hei kinkare vidhii
sharanaghatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.8 |
suta uvacha: ithi shurthiya sthav
deva shabadh-mah nupaya tam,
gath-vaya bhojraj-ney
mahakhaleshwar-sthale
||Bhavisya Purana III, 3.3.9|
malech-shu dhushita bhumi-vahika
nam-vishritha
arya dharma hi nav-vathra vahike
desh-darunya
||Bhavisya Purana III, 3.3.10|
vamu-vatra maha-mayi yo-sav dagdho
myaa pura
tripuro bali-daithyane proshith
punaragath
||Bhavisya Purana III, 3.3.11|
ayoni sa varo math prasava daithyo-
vrudhan
mahamadh ithi khayath , paishacha-
kruthi thathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.12|
nagathvaya thvya bhup paisachae
desh-vartake
math prasadhayane bhupal tav
shudhii prajayathe
||Bhavisya Purana III, 3.3.13|
thi shruthva nupshav svadesha-napu
maragmath
mahamadh toi sdhav sindhu-thir
mupaye-yav
||Bhavisya Purana III, 3.3.14|
uchav bhupati premane mahamadh-
virshad
tva deva maharaja das-tva magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.15|
mamo-chit sabhu jiya-dhatha
tatpashya bho nup
ithi shruthya ththa hata para
vismaya-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.16|
malechdhano mathi-shasi-tatsaya
bhupasaya darutho
||Bhavisya Purana III, 3.3.17|
tucha tva kalidas-sthu rusha praah
mahamadham
maya-thei nirmithi dhutharya nush-
mohan-hethvei
||Bhavisya Purana III, 3.3.18 |
hanishyami-duravara vahik purusha-
dhamum
ityak va sa jidh shrimanava-raja-
tathpar
||Bhavisya Purana III, 3.3.19|
japthya dush-sah-trayach tah-
sahansh juhav sa
bhasm mutva sa mayavi malech-dev-
tva-magath
||Bhavisya Purana III, 3.3.20|
maybhithashtu tachya-shyaa desh
vahii-kamayuuah
guhitva svaguro-bhasm madaheen
tva-magatham
||Bhavisya Purana III, 3.3.21|
swapiit tav bhu-ghyot-thro-shrumadh-
tathpara
madaheen puro jath thosha trith
sayam smurthaum
||Bhavisya Purana III, 3.3.22|
rathri sa dev-roop-shav bahu-maya-
virshad
paisacha deha-marathaya bhojraj hi
so trivith
||Bhavisya Purana III, 3.3.23|
arya-dharmo hei to raja-sarvoutham
smurth
ishapraya karinayami paishacha
dharma darunbhu
||Bhavisya Purana III, 3.3.24|
linga-chedri shikhaheen shamshu
dhaari sa dhushak
yukhalapi sarva bhakshi bhavishyat
jano maum
||Bhavisya Purana III, 3.3.25|
vina kaul cha pashav-thosha
bhakshava matha maum
muslanav sanskar kushariv bhavishyat
||Bhavisya Purana III, 3.3.26|
tasman-musal-vanto hi jathiyo
dharma dhushika
ithi pishacha-dharma mya kruth
||Bhavisya Purana III, 3.3.27|
Untuk mengurutkan masing-masing
kejadian, di dalam Bhavisya Purana,
Sri Suta Gosvami (putra
Lomaharshana) pertama-tama
menjelaskan bahwa pada waktu
sebelumnya, pada masa dinasti Raja
Shalivahana, ada sepuluh raja yang
akan mencapai svarga loka setelah
memerintah selama lebih dari 500
tahun lamanya. Dimana masing-
masing dari sepuluh raja tersebut
memerintah selama 50 tahun.
Kemudian secara perlahan moralitas
mulai merosot di planet bumi. Pada
masa tersebut, Raja Bhojaraja adalah
raja ke-sepuluh di bumi yang
memerintah 450 tahun setelah
pemerintahan Raja Shalivahana.
Ketika Dia (Raja Bhojaraja)
mengetahui bahwa tatanan moralitas
dan etika merosot, Dia pergi untuk
melakukan eksvansi kekuasaannya ke
semua arah dan negara dengan
sepuluh ribu tentara dipimpin oleh
Kalidasa. Dia (Raja Bhojaraja)
menyeberangi sungai Shindu (sungai
Indus) bergerak terus menuju ke
utara dan menaklukan Gandharas
(Afganistan saat ini), komunitas
Mleccha (wilayah Turki saat ini), suku
Shaka, Kashmir (wilayah Kashmir dan
Pakistan), Narava dan Satha. Raja
Bhojaraja merebut tahta kekuasaan
mereka dan memberikan hukuman
kepada mereka.
Selanjutnya, dalam Sloka 7-8
dijelaskan, Raja Bhojaraja, raja dari
para Arya yang telah meninggalkan
India (Bharata) untuk pergei
memperluas kekuasaanya,
menyeberangi sungai Shindu
(Indhus) dan juga ke arah barat,
bertemu dengan sosok Mahamadh ||
महमद | [yang diklaim penulis sebagai
Muhammad, sedangkan yang tertulis
adalah “mahamadh” lihat sloka.
5,12,14,15 dan 18]. Mahamadh adalah
pemimpin dari masyarakat Mleccha -
Dharma atau agama bangsa Mleccha
[lihat sloka. 8, 10, 17 dan 20].
Mahamadh tiba bersama para
pengikutnya. Pada saat itu, Raja
Bhojaraja melakukan pemujaan
kepada Archa Siva Mahadeva [lihat
sloka 7, disebutkan “mahadev
marusthal nivasinam. mahadevthe
snanya-pya punch-gavua samnivithya
tripurarsur-nashav bahu-maya
pravathiney” yang menjelaskan
pemujaan kepada Acrha (Lingga) Siva
yang ada di wilayah padang pasir, hal
yang bertentangan dengan agama
dari tokoh yang diklaim penulis]
pemimpin tertinggi para Dewa. Archa
Siva tersebut terletak di tanah gurun
(padang pasir). Raja Bhojaraja
membersihkan Archa Siwa (Lingga
Siwa) dengan air sungai Gangga dan
melakukan pemujaan kepada Siva
dengan pemusatan pikiran serta
mempersembahkan Pancagavya yaitu
susu sapi, mentega, yogurt (susu
asam), kotoran sapi dan kencing sapi,
bersama pasta dari pohon cendana
dan yang lainnya. Raja Bhojaraja
melakukan pemujaan dengan sangat
baik kepada Siwa, dengan begitu
tulus dan penuh pengabdian. Raja
Bhojaraja melakukan pemujaan
kepada Siva Mahadeva, "Wahai
Girijanatha yang bersthana di padang
gurun ini (marusthal), hamba
mempersembahkan puja hamba
kepada_Mu, Engkau telah
menunjukan kekuatan maya_Mu
(ilusi) untuk menghancurkan
Tripurasura (Asura Tripura, dan
bangsa Mleccha kini menjadi pemuja_
Mu. Engkau yang tidak ternodai dan
merupakan pengetahuan sat-cit-
ananda svarupa (pengetahuan
tentang keabadian dan kebahagiaan).
Diri hamba adalah pemuja_Mu,
Pelayan_Mu. Kehadiran hamba di
bawah perlindungan dari_Mu".
Pada sloka 10-27, selanjutnya Sri Suta
Gosvami menjelaskan. Setelah
mendengar puja dari Raja Bhojaraja
dan berkenan atas pemujaan
tersebut. Deva Siva memberikan
sebuah sabda kepada Raja Bhojaraja,
“Berangkatlah ke Mahakaleshvara
(wilayah Ujjain) di tanah Vahika, yang
saat ini dicemari oleh bangsa
Mleccha (yang tidak mengenal
pengetahuan Veda). Wahai raja,
tanah dimana dirimu berdiri sekarang
yang dikenal dengan nama Bahik,
telah dicemari oleh bangsa Mleccha.
Di negeri yang buruk tersebut
Dharma telah diabaikan. Sebelumnya
di sana ada Asura dengan nama
Tripura (Tripurasura) yang telah aku
musnahkan menjadi abu pada satu
kesempatan sebelumnya. Dia (Asura
Tripura/Tripurasura) kembali datang
diperintakan oleh Bali ) [lihat sloka
11 disebutkan kata “tripuro bali-
daithyane” yang bermakna Tripura
utusan Asura Bali (daithya_raksasa)].
Dia (Inkarnasi Asura Tripura/
Tripurasura) tidak memiliki asal
namun Dia memperoleh anugerah
dari_Ku. Dia memiliki nama
Mahamadh dan kepribadiannya
bagaikan Bhuta (mahluk halus). Oleh
karena itu, wahai raja, engkau
sebaiknya tidak pergi ke wilayah
dimana Asura yang bersifat buruk
tersebut berada” [ sloka 10-27
menyebutkan bahwa Mahamadh
adalah Inkarnasi Asura Tripura/
Tripurasura yang sebelumnya telah
dimusnahkan oleh Deva Siva namun
atas perintah Asura Bali dan
anugerah dari Deva Siva sendiri,
Tripurasura hadir kembali ke dunia].
Mendengar sabda tersebut, Raja
Bhojaraja segera kembali ke
kerajaannya (Bharata) dan disertai
Mahamadh, namun Mahamadh hanya
turut serta sampai di tepi sungai
Shindu (Indhus). Dia (Mahamadh)
adalah penguasa ilusi, dan Dia
berkata kepada Raja Bhojaraja
dengan begitu berbesar hati, “Wahai
raja yang agung, Tuhan_mu telah
menjadi hambaku, lihatlah, saat dia
memakan sisa-sisa dariku, aku akan
menunjukkannya kepadamu”
Raja Bhojaraja terkejut disaat melihat
hal itu terjadi kepada mereka
sebelumnya. Kalidasa (pemimpin
pasukan Raja Bhojaraja) menjadi
marah dan berkata kepada
Mahamadh, “Wahai yang
berkepribadian buruk, dirimu telah
menunjukan ilusi untuk
membingungkan raja, aku akan
membunuhmu, dirimu adalah
kepribadian terendah”. Raja Bhojaraja
kemudian meninggalkan daerah
teresebut.
Kemudian, dalam perwujudan Bhuta
(mahluk halus), penguasa ilusi
Mahamadh hadir pada malam ke-
delapan di hadapan Raja Bhojaraja
dan berkata, “Wahai raja, agamamu
yang dikenal sebagai agama yang
paling baik di antara agama-agama
lainnya. Tetapi, dengan perintah
Tuhan, aku akan mendirikan agama
yang buruk dan bersifat merusak
(demoniac) serta memaksakan
keyakinan kuat (keras) kepada para
pemakan daging (bangsa Mleccha).
Pengikutku akan dikenal karena
mengiris kemaluan mereka, mereka
tidak memiliki Shikha (kuncir rambut
di kepala,seperti selaiknya para
Brahmana), tetapi akan memiliki
jenggot (janggut), membuat suara
yang keras (menyukai kegaduhan),
dan akan memakan segala jenis
daging kecuali daging babi tanpa
memperhatikan berbagai bentuk
upakara (yadnya), mereka akan
melakukan perbuatan penyucian diri
dengan “musala”. Dan mereka
disebut dengan “musalman”, dan
tidak melakukan penyucian harta
benda (barang-barang) mereka
dengan rumput “kusha” (sebagaimana
tradisi dalam masyarakat penganut
Veda). Jadi, aku akan menjadi
pencipta ajaran Adharmik ini (ajaran
yang bertentangan dengan Sanathana
Dharma), dan sebuah agama yang
bersifat merusak (demoniac) bagi
bangsa yang memakan daging”[lihat
sloka 12,24, dan 27 terdapat kata
“paishacha dharma_pencemar nilai-
nilai kebenaran” dan “dharma
dhushika_ penentang realitas
kebenaran”. Setelah mendengar
perkataan Mahamadh, Bhavisya
Purana menjelaskan bahwa Raja
Bhojaraja ke istananya, kembali ke
negerinya. Sedangkan perwujudan
ilusi dari Mahamadh kembali ke
asalnya, marusthal (gurun pasir).
Bagian akhirnya menjelaskan
bagaimana Raja Bhojaraja adalah
seorang yang cerdas, membentuk
bahasa Sanskerta untuk Vrna
Brahmana, Kstria dan Vaisya serta
membentuk bahasa Prakrita untuk
para pekerja (Vrna Sudra) untuk
komunikasi masyarakat biasa dalam
kehidupan keseharian mereka.
Setelah 50 tahun memerintah, Raja
Bhojaraja mencapai svarga loka,
prinsip-prinsip moralitasnya begitu
dihormati dan bahkan dipuji para
Dewa. Arya – Vartha, tanah suci
tersebut terletak di antara
Vindhyacala dan Himachala, atau
gugusan pegunungan yang dikenal
sebagai bagian bawah dari wilayah
Vindhya. Sedangkan masyarakat
Musalman tetap berada di wilayah
lainnya, yaitu di sebelah barat laut
dari sungai Shindu (Indhus).
[http://www.stephen-knapp.com/
mohammed_is_he_really_predicted_in_
bhavishya_purana.htm ]
Dari informasi yang dirangkum oleh
Stephen Knapp dan kutipan yang
disertakan oleh penulis buku ramalan
di atas, dapat di bandinkan informasi
pembanding yang lebih jelas sebagai
berikut :
1. Tokoh yang dimaksudkan
dinyatakan di utus oleh Isyparmatma,
dikutip dari sloka ||Bhavisya Purana
III, 3.3.24| yaitu “ishapraya
karinayami paishacha dharma
darunbhu” yang justru menyatakan
bahwa Mahamadh menjelaskan
dirinya mengklaim membawa ajaran
dari Tuhan tapi ajaran tersebut
berntentengan dengan Sanathana
Dharma, kata “paisacha dharma”
berarti “pencemar (bertentangan
dengan) Dharma”.
2. Penulis menyatakan bahwa
pengikut Mahamadh akan
mendengarkan wahyu dan panggilan
“adzan”. Penjelasan rinci dalam
masing-masing sloka tidak
menyebutkan kata “adzan” dan ini
tafsir yang terlalu di paksakan oleh
penulis.
3. Penulis menyatakan bahwa
pengikut Mahamadh, yaitu Musalman
akan suci di medan perang,
sebaliknya seuai kutipan sloka
Bhavisya Purana III, 3.3.27 “tasman-
musal-vanto hi jathiyo dharma
dhushika ithi pishacha-dharma mya
kruth” dijelaskan kata “dharma
dhushika_pencemar nilai-nilai
kebenaran” dan “pishacha dharma_
penentang realitas kebenaran” yang
secara tegas bahwa ajaran yang
dibawa oleh Mahamadh tidak sesuai
dengan Veda dan bertentangan
dengan Dharma.
4. Dan yang paling akhir adalah
Bhavisya Bhavisya Purana III, 3.3
tidak menjelaskan tentang kehadiran
Sri Kalki Avatara (inkarnasi Vishnu)
tetapi menjelaskan tentang
perjalanan hidup Raja Bhojaraja dan
diskripsi tentang Asura Mahamadh
inkarnasi dari Tripurasura.
Informasi ini di rangkum dari
penelusuran yang dilakukan oleh
Stephen Knnap dengan disertai
literatur sanskerta Veda dari sastra
Bhavisya Purana Prati Sarga III kanda
3 adhyaya 3 sloka 5-27 untuk
menegaskan penyampaian informasi
yang lebih tepat dari kekeliruan tafsir
yang dilakukan oleh penulis buku
ramalan terhadap tokoh yang
dihormati oleh masyarakat agama
tertentu. Tujuannya agar tidak terjadi
kesimpang siuran informasi yang
mengarah kepada pengaburan
sejarah keagamaan satu masyarakat
beragama atau penistaan tokoh yang
dihormati karena kekeliruan
identifikasi (pencocokan) karakter
yang berbeda dan terlalu dipaksakan
oleh penulis buku tersebut.
Kesimpulan dari pembahasan ini
adalah sesuai literatur Bhavisya
Purana, Mahamadh adalah inkarnasi
dari Asura Tripura/Tripurasura, satu
kepribadian yang didiskripsikan
kurang baik, menguasai ilusi dan
mengajarkan ajaran yang
bertentangan dengan Veda
(Sanathana Dharma).
Apakah Mahamadh yang
didiskripsikan dalam Bhavisya Purana
itu sesuai dengan kepribadian dari
satu tokoh yang dimuliakan satu
masyarakat beragama sesuai
pengakuan penulis buku ramalan di
atas, para pembaca bisa
membandingkan informasi dan
memberikan penilaian sendiri.
Akhir kata, semoga artikel ini
menambah wawasan, memberikan
rujukan informasi yang mencerdaskan,
dan bermanfaat bagi keyakinan dan
kesadaran beragama untuk masing-
masing pribadi. Sampai jumpa pada
pembahasan sanggahan pengakuan
sepihak ramalah salah satu tokoh
masyarakat beragama tertentu bagian
ke-2.
Satyameva jayate nanritam_ Hanya
realitas kebenaran yang pasti akan
menang
Dan maaf jika ada pihak yang tersinggung karena ini mengungkap Fakta Wedha yang DiBelokan oleh Oknum yang tidak Bertanggung Jawab..
OM Namo Bhagavate Vasudeva Ya
OM Namo Bhagavate Rudra Ya
OM Shanti Shanti Shanti OM
Dengan memuja nama Tuhan Yang
Maha Esa, semoga terwujudkan
kedamaian di hati, terwujudkan
kedamaian di dunia, terwujudkan
kedamaian untuk selamanya.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Sumber:http://bit.ly/1f15h5J
This
presents information on Stephen Knapp's books and articles on Eastern
philosophy, Hinduism, Vedic culture, Krishna, Vedas, Vedanta, yoga,
India,...
stephen-knapp.com