Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah
aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih,
yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan)
dan hiasan.
Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan
tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan
jarak antar pelinggih.
Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura atau
Sanggah Pamerajan
HULU-TEBEN.
"Hulu" artinya arah yang utama,
sedangkan "teben" artinya hilir atau arah berlawanan
dengan hulu. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, ada
dua patokan mengenai hulu yaitu
- Arah Timur, dan
- Arah "Kaja"
Mengenai arah Timur bisa diketahui dengan
tepat dengan menggunakan kompas.
Arah kaja adalah letak gunung atau bukit.
Bentuk halaman pura adalah persegi empat yi bujur sangkar dengan arah mata angin yg tepat.
Ketentuan-ketentuan Bangunan Bali sebagai berikut:
- Tempat/denah berdasarkan Lontar Asta Bhumi.
- Bangunan/konstruksinya berdasarkan Lontar Asta Dewa dan Lontar Asta Kosala/Kosali.
- Bahan-bahan bangunan/material berdasarkan Lontar Asta Dewa dan Lontar Asta Kosala/Kosali, seperti: Kayu, Ijuk, alang-alang, batu alam, bata dll.
Pemilihan Tanah Pekarangan.
- Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah(berbau pedas).
- Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
- karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
- karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
- karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
- karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
- karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),
- karang gerah (karang di hulu Kahyangan),
- karang tenget,
- karang buta salah wetu,
- karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
- karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
- tanah yang berwarna hitam- legam, berbau "bengualid" (busuk)
bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.
Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.
Jenis-jenis Bangunan Bali:
- Bangunan Suci/keagamaan adalah semua pelinggih-pelinggih yang disucikan, termasuk patung-patung/arca-arca serta perlengkapannya.
- Bangunan Kepara/Adat adalah bangunan-bangunan perumahan, adat dan bangunan Bali lainnya.
Bentuk dan nama bangunan Bali dibuat
berdasarkan ketentuan-ketentuan Lontar Asta Dewa, Asta Kosala/Kosali dan
Lontar Wisma Karma.
Tata Laksana dan Upacara(pensucian) bangunan Bali:
- Ngeruwak Karang
- Nyukat Karang
- Nasarin
- Memakuh
- Ngurip-urip
Sesuai dengan Lontar Asta Dewa, Asta Kosala/Kosali, Dewa Tattwa dll.
Upacara Membangun Rumah.
- Upacara Nyapuh sawah dan tegal.
Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal.
Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae.
Setelah "Angrubah sawah" dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis. - Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan.
Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna.
Upakara Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti. - Upakara Pemelaspas.
Upakaranya : jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng.
Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara
Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.
Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring)ke timur
Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul - angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan)diatur jambangan air (pot air)yang disi ikan.Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah.Tak menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk.Got dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu masuk.Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanah(bukan lobang).Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan berlawanan.Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar