Tingkatan upacara melaspas, seperti halnya upacara-upacara lainnya yaitu:
- Kanista, upacara yang dilakukan paling sederhana
- Madya, Upacara yang dilakukan tergolong sedang.
- Utama, Upacara yang dilakukan tergolong besar.
Sebelumnya dilakukan upacara Melaspas, dilakukan terlebih dahulu mecaru.
- Nedunang Bhutakala
- Menghaturkan Labaan
- Mengembalikan ketempatnya masing-masing.
Selanjutnya baru dilakukan upacara Melaspas, Rangkaian upacara melaspas sebagai berikut:
- Mengucapkan orti pada mudra bangunan
- Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung
jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan ).
- Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang
untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada
puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas.
- Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan
(melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali
percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
- Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului
memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang
tinggi)
- Ngayaban caru prabot
- Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci
(palinggih), lalu upacaranya di tingkat madya dan nistaning utama bisa
dilaksanakan sekaligus. (Drs.I Nyoman Singgih Wikarman)
Puncak upacara melaspas umumnya disertai
dengan menancapkan tiga jenis bentuk banten yang disebut ”Orti”. Tiga
jenis banten Orti itu adalah Orti Temu, Orti Ancak dan Orti Bingin. Tiga
Orti ini menggambarkan makna dari rumah tinggal tersebut. Orti Temu
sebagai simbol yang melukiskan rumah tinggal itu setelah dipelaspas
bukan merupakan rangkaian bahan-bahan bangunan yang bersifat sekala
semata yang tak bernyawa, tetapi sudah ditemukan dengan kekuatan
spiritual yang niskala dengan upacara yadnya yang sakral. Ini artinya
rumah tinggal itu sudah hidup atau ”maurip” secara keagamaan.
1). SANGGAR SURYA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Penastan, Ring Sor: Segehan Agung, petabuh arak-berem-tuak.
2). PADMASANA: Daksina Pralingga, Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati,
Ayaban Tumpeng pitu , Penastan, Rantasan, Cane, Sesayut Amertha Dewa,
Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan
Agung.
3). PANUNGGUN KARANG: Daksina Pralingga, Suci Alit, Pejati, Ketipat
Dampulan, Ayaban Tumpeng lima, Rantasan, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak,
gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan Hitam.
4). LAPAAN / PANGGUNGAN: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati , Ayaban
Tumpeng 11 (Peras, Pengulapan, Pengambyan, Dapetan, Penyeneng, Kurenan,
Panyegjeg, Pancoran, soda, pangkonan), Jerimpen Sumbu 1 pasang,
pajegan buah 1, Pajegan bunga, Sesayut lembaran: Sesayut Tulus Ayu,
Sesayut Siddha Karya, Sesayut Siddha Lungguh, Sesayut Siddha Sampurna,
Sesayut Dewa Rame Rawuh. Penastan, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya
Segehan Cacahan.
5). BANTEN PEMELASPAS PELINGGIH: Suci Alit, Pejati, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Perabot Tukang (siku, palu, pahat).
6). BANTEN PEMELASPAS RUMAH: Suci Alit, Pejati, Ayaban Tumpeng Lima,
Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Ulap-ulap, Orti, Ceniga,
Gantung-gantungan, Segehan Cacahan.
7). BANTEN PELANGKIRAN (kalau ada): Pejati, ceniga, gantung-gantungan, segehan cacahan.
BANTEN DAPUR, SUMUR: @ peras, daksina, segehan cacahan.
8). BANTEN PEMESU: Soda 2 set, ceniga, gantung-gantungan @ 2 set, segehan panca warna.
9). CARU PANCA SATA DI NATAH:
A. Arah Timur: Caru ayam putih tulus, dengan urip 5, lengkap dengan
banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya
peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna putih.
B. Arah Selatan: Caru ayam biying (merah), dengan urip 9, lengkap dengan
banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya
peras penyeneng,Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, koberwarna .
C. Arah Barat: Caru ayam Putih Kuning, dengan urip 7, lengkap dengan
banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya
peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna kuning.
D. Arah Utara: Caru ayam Hitam, dengan urip 4, lengkap dengan banten
ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras
penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna Hitam.
E. Di Tengah: Caru ayam brumbun, dengan urip 8, lengkap dengan banten
ayaban caru, Suci Laksana, Daksina Gede, sanggah cucuk lengkap dengan
bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober lima
warna. Sesayut Byakala, Prayscita, Durmenggala
F. Perlengkapan Caru yang lainnya:
Masing-masih Caru berisi nasi bulan dengan lauk kuning telor ayam, nasi
matan ai dengan lauk putih telor ayam, nasi segara muncar dengan lauk
darah mentah. Masing-masing caru berisi: nasi selasahan, tulung urip
dengan lauk kacang sawur, cau petik dengan lauk kacang sawur, cau tampak
dengan lauk kacang sawur, tri kona dengan lauk ikan laut, dan nasi
takep-takep dengan lauk ikan tawar, masing-masing ditanding sesuai
dengan arah, warna dan urip. Sapu, tulud, kulkul, tetimpug,
arak-berem-tuak-toya anyar.
10). AREPAN SANG MAMUJA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati,sesayut
Dharma Wiku, Prayascita, Byakala, Durmenggala, Pengulapan, Eteh-eteh
Padudusan alit, Payuk Pelukatan, Sibuh Pepek, Kuskusan Sudamala, Lis
Gede 1 buah. Ceniga, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
* Catatan: kalau mau diturunkan tinggal merubah suci laksana menjadi
suci alit, dari suci alit menjadi suci sibakan. Caru dari panca sata
menjadi eka sata.
Om Santih Santih Santih Om
Sumber:
* Lontar Mpu Lutuk-Koleksi pribadi
* Lontar Kala Tatwa-Kolekasi pribadi
* Lontar Indik Nguangun Parahyangan-Koleksi pribadi
* Lontar Wiswakarma Tatwa-Koleksi pribadi