Selasa, 30 Juni 2015

Betutu Panggang



Betutu adalah masakan khas bali bisa ayam bisa pula bebek
masakan ini selain untuk jamuan makan juga untuk perlengkapan upacara dan upakara Hindu Bali.


Bebek/ayam yang sudah dibumbu dibungkus daun pisang, lalu dibungkus lagi dengan pelepah pinang/upih sehingga rapat. Bebek ditanam dalam lubang di tanah dan ditutup dengan bara api selama 6-7 jam sampai  matang.

Bahan:

  • 1 ekor ( 1½ kg ) bebek/ayam kampung
  • 100 gr daun singkong muda, rebus pake air kapur, peras
  • 5 sdm minyak, untuk menumis
  • daun pisang/aluminium foil, untuk pembungkus

Bumbu yang dihaluskan:

  • 7 buah cabai merah dan 5 rawit
  • 5 buah kemiri, disangrai
  • 10 buah bawang merah
  • 1 sdt terasi
  • 5 buah bawang putih
  • 1 sdm ketumbar, disangrai
  • 1½ sdm serai, diiris halus
  • 2 sdt merica bulat
  • 1 sdm lengkuas dicincang
  • ½ sdt pala bubuk
  • 2 sdt kunyit dicincang
  • 4 lembar daun jeruk purut
  • 2 sdt jahe dicincang
  • 2 sdt kencur dicincang
  • garam dan gula menurut selera

Cara Membuat:

  • Tumis bumbu halus sampai harum dan kering. Angkat dan dinginkan. Bagi menjadi dua bagian.
  • Campur satu bagian bumbu dengan daun singkong. Masukkan dalam rongga badan ayam, semat lubangnya dengan tusuk gigi. Lumuri sisa bumbu pada permukaan ayam dan di bawah kulit.
  • Bungkus dengan beberapa lapis daun pisang, ikat erat dengan tali. Panggang dalam oven dengan panas 180°C, selama 2-3 jam sampai matang.
  • Angkat, potong-potong dan hidangkan.
Catatan
sebelum dipanggang, bisa juga dikukus lebih dulu ± 45 menit, kemudian dipanggang selama 1 jam jadi matangnya mantap tapi manggangnya tak terlalu lama.






Lawar tanpa darah




rebus daging setelah empuk peras atau tiriskan hingga kering lalu cincang
daging ini sebagai pengganti darah untuk membuat lawar

bahkan lawar bisa dibuat tanpa darah dan daging yi lawar vegetarian

Bale bengong











Fengsui

 Feng Shui dipraktikkan di seluruh dunia dan telah ada sekitar 4.000 tahun lalu.

Arti kata feng sui adalah angin dan air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam kehidupan, selain itu air juga melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dalam ilmu Feng Shui, air dapat diwakili oleh sungai yang jernih dan mengalir dengan lembut. Itu sebabnya, air mancur, kolam dan aquarium bila ditempatkan dengan benar akan mendatangkan keberuntungan dan berpotensi positif bagi keharmonisan, kerukunan, dan kesehatan.

Feng Shui rumah yang tepat bisa mendatangkan kesuksesan bagi penghuninya atau mendatangkan kehancuran kehidupan bagi penghuninya.

Feng Shui ditujukan untuk menyeimbangkan energi Qi positif, yang kadang disebut pula sebagai Chi.

Feng Shui bertujuan membawa Qi positif ke rumah Anda untuk mendapatkan keuntungan dan harmoni.

sedangkan ilmu arsitek Bali  yaitu Asta kosala kosalihttps://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5822821471520081627#editor/target=post;postID=828980292184238328;onPublishedMenu=posts;onClosedMenu=posts;postNum=1;src=postname

Asta kosala kosali

Yang dimaksud dengan Asta Kosala adalah aturan tentang bentuk-bentuk niyasa (symbol) pelinggih, yaitu ukuran panjang, lebar, tinggi, pepalih (tingkatan) dan hiasan. 

Yang dimaksud dengan Asta Bumi adalah aturan tentang luas halaman Pura, pembagian ruang halaman, dan jarak antar pelinggih. 

 Asta Bumi menyangkut pembuatan Pura atau Sanggah Pamerajan


HULU-TEBEN.
"Hulu" artinya arah yang utama, sedangkan "teben" artinya hilir atau arah berlawanan dengan hulu. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, ada dua patokan mengenai hulu yaitu
  1. Arah Timur, dan
  2. Arah "Kaja"
Mengenai arah Timur bisa diketahui dengan tepat dengan menggunakan kompas.
Arah kaja adalah letak gunung atau bukit. 

 Bentuk halaman pura adalah persegi empat yi bujur sangkar dengan arah mata angin yg tepat.

Ketentuan-ketentuan Bangunan Bali sebagai berikut:
  • Tempat/denah berdasarkan Lontar Asta Bhumi.
  • Bangunan/konstruksinya berdasarkan Lontar Asta Dewa dan Lontar Asta Kosala/Kosali.
  • Bahan-bahan bangunan/material berdasarkan Lontar Asta Dewa dan Lontar Asta Kosala/Kosali, seperti: Kayu, Ijuk, alang-alang, batu alam, bata dll.


 Pemilihan Tanah Pekarangan.
  1. Tanah yang dipilih untuk lokasi membangun perumahan diusahakan tanah yang miring ke timur atau miring ke utara, pelemahan datar (asah), pelemahan inang, pelemahan marubu lalah(berbau pedas).
  2. Tanah yang patut dihindari sebagai tanah lokasi membangun perumahan adalah :
    1. karang karubuhan (tumbak rurung/ jalan),
    2. karang sandang lawe (pintu keluar berpapasan dengan persimpangan jalan),
    3. karang sulanyapi (karang yang dilingkari oleh lorong (jalan)
    4. karang buta kabanda (karang yang diapit lorong/ jalan),
    5. karang teledu nginyah (karang tumbak tukad),
    6. karang gerah (karang di hulu Kahyangan),
    7. karang tenget,
    8. karang buta salah wetu,
    9. karang boros wong (dua pintu masuk berdampingan sama tinggi),
    10. karang suduk angga, karang manyeleking dan yang paling buruk adalah
    11. tanah yang berwarna hitam- legam, berbau "bengualid" (busuk)
Untuk rumah bertingkat
bila tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah boleh membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas.

Rumah Susun.
Untuk rumah Susun tinggi langit- langit setidak- tidaknya setinggi orang ditambah 12 jari. Tempat pemujaan berbentuk pelangkiran ditempatkan di bagian hulu ruangan.


Jenis-jenis Bangunan Bali:
  • Bangunan Suci/keagamaan adalah semua pelinggih-pelinggih yang disucikan, termasuk patung-patung/arca-arca serta perlengkapannya.
  • Bangunan Kepara/Adat adalah bangunan-bangunan perumahan, adat dan bangunan Bali lainnya.
Bentuk dan nama bangunan Bali dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan Lontar Asta Dewa, Asta Kosala/Kosali dan Lontar Wisma Karma.
Tata Laksana dan Upacara(pensucian) bangunan Bali:
  1. Ngeruwak Karang
  2. Nyukat Karang
  3. Nasarin
  4. Memakuh
  5. Ngurip-urip
Sesuai dengan Lontar Asta Dewa, Asta Kosala/Kosali, Dewa Tattwa dll.



 Upacara Membangun Rumah.
  1. Upacara Nyapuh sawah dan tegal.
    Apabila ada tanah sawah atau tegal dipakai untuk tempat tinggal.
    Jenis upakara : paling kecil adalah tipat dampulan, sanggah cucuk, daksina l, ketupat kelanan, nasi ireng, mabe bawang jae.
    Setelah "Angrubah sawah" dilaksanakan asakap- sakap dengan upakara Sanggar Tutuan, suci asoroh genep, guling itik, sesayut pengambeyan, pengulapan, peras panyeneng, sodan penebasan, gelar sanga sega agung l, taluh 3, kelapa 3, benang + pipis.
  2. Upacara pangruwak bhuwana dan nyukat karang, nanem dasar wewangunan.
    Upakaranya ngeruwak bhuwana adalah sata/ ayam berumbun, penek sega manca warna.
    Upakara Nanem dasar: pabeakaonan, isuh- isuh, tepung tawar, lis, prayascita, tepung bang, tumpeng bang, tumpeng gede, ayam panggang tetebus, canang geti- geti.
  3. Upakara Pemelaspas.
    Upakaranya : jerimpen l dulang, tumpeng putih kuning, ikan ayam putih siungan, ikan ayam putih tulus, pengambeyan l, sesayut, prayascita, sesayut durmengala, ikan ati, ikan bawang jae, sesayut Sidhakarya, telur itik, ayam sudhamala, peras lis, uang 225 kepeng, jerimpen, daksina l, ketupat l kelan, canang 2 tanding dengan uang II kepeng.
    Oleh karena situasi dan kondisi di suatu tempat berbeda, maka upacara

Danghyang Nirartha yang hidup pada zaman Raja Dalem Waturenggong setelah ekspidisi Gajah Mada ke Bali abad 14,juga ikut mewarnai khasanah arsitektur tersebut ditulis dalam lontar Asta Bhumi dan Asta kosala-kosali yang menganggap Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.











Lokasi yang bagus dijadikan bagunan adalah tanah yang posisinya lebih rendah (miring)ke timur

Lantai pintu masuk utama (dibali berbentuk gapura/angkul - angkul) harus dibuat lebih tinggi dari pintu masuk mobil menuju garase.jika dibuat sama akan memberi efek kurang menguntungkan bagi penghuninya bisa boros atau sakit-sakitan.Akan sangat bagus bila di sebelah kiri (sebelah timur jika rumah mengadap selatan)diatur jambangan air (pot air)yang disi ikan.Ini sebagai pengundang Dewa Bumi untuk memberi kesuburan seisi rumah.Tak menempatkan benda – benda runcing dan tajam yang mengarah ke pintu masuk rumah seperti penempatan meriam kuno,tiang bendera,listrik dan tiang telepon atau tataman yang berbatang tinggi seperti pohon palm,karena membuat penghuninya sakit sakitan akibat tertusuk.Got dan tempat pembungan kotoran sedapat mungkin di buat di posisi hilir dan lebih rendah dari pintu masuk.Kalau menempatkan kolam di pekarangan rumah hendaknya dibuat di atas permukaan tanah(bukan lobang).Kolam di buat di sebelah kanan pintu masuk dengan posisi memelu rumah,bukan berlawanan.Karena keberadaan kolam yang tidak sesuai akan mempengaruhi kesehatan penghuni rumah.

dampulan

 
 rainan kajeng kliwon 
banten tipat dampul
 
Bahan-bahannya terdiri dari:
- ceper slepan bungkulan atau tamas
- celemik2biji
- pisang dan tebu  satu iris
- porosan
- jajan laklak tape
- bunga-bungaan dan kerabang rarape
- telur rebus 1 bungkul
- canang genten
Cara menatanya:

  • diatas ceper atau tamas di luanan diisi pisang, tebu, porosan sedangkan di teben diisi celemik 2 biji, yang masing-masing laklak dan tape ditaruh diatasnya.
  •  "Tipat Dampulan". dan kacang saur diteben telur rebus 1 bungkul
  • canang genten


Tipat Dampulan biasanya dihaturkan pada setiap hari Kajeng Kliwon/ yaitu setiap 15 hari Penunggun Karang.
Di Jero Gede maksudnya di Sanggah Kemulan, Penunggun Karang yaitu di luar pekarangan rumah. Dibawah Pelinggih Jero Gede dan Penunggun Karang tersebut dihaturkan segehan poleng dan canang genten/ dupa serta diperciki arak berem.














Ngereruak

ini dilakukan kalo bikin bangunan pelinggih dan rumah

Pada awal pembangunan:
  1. Ngereruak, mecaru brunbun
  2. Mulang batu dasar
Bila bangunan sudah selesai:
  1. Memangguh dan Nyengker
  2. Memirak
  3. Nyakap palemahan
  4. Melaspas pelinggih, memakuh, dan mepasupati
  5. Mulang akah pedagingan (panca-datu), dan bagia pala-kerti
  6. Ngunggahang orti dan ulap-ulap
  7. Memendak Ida Bhatara
  8. Mekalahyas dan mesucian
  9. Ngaturang banten pengenteg dan piodalan
  10. Pemuspaan, nunas wangsuh pada.


Penjelasan ini bersumber pada:
  1. Lontar Dwijendra Tattwa
  2. Lontar Gong Besi
  3. Lontar Sanghyang Aji Swamandala
  4. Lontar Sundarigama
  5. Lontar Tutur Kuturan



makuh

kalau menemui Galungan dan rumah blm selesai maka di dalam rumah dibuatkan pelangkiran dan diaturkan banten prascita.

 wuku Dunggulan diyakini sebagai hari yang penuh dengan energi negatif sehingga sering disebut sebagai uncal balung. Menurut sastra dan keyakinan umat Hindu juga menyebutkan bahwa wuku Dunggulan ini sangat dihindari melakukan upacara baik manusa yadnya, dewa yadnya, Bhuta Yadnya dan lainnya. “Guna menghindari terkontaminasi energi negatif dari  bhuta kala tiga dungulan itu, umat Hindu setiap hari Sugian Jawa dan Sugian Bali melakukan penyucian bhuana agung dan bhuana alit melalui upacara penyucian alam dan diri sendiri,” paparnya kemarin.

 bangunan yang mendekati 100 persen wajib dilakukan upacara pemelaspasan, makuh dan mecaru sebelum memasuki Hari Raya Galungan. “Hari yang paling tepat adalah pada saat Sugian Jawa yang dimaknai sebagai hari  penyucian bhuana agung atau alam, termasuk bangunan. Melalui upacara pemelaspasan, makuh dan mendeman ini menurut kepercayaan, bangunan itu diyakini  akan memberikan vibrasi yang positif sehingga keseimbangan dan harmonisasi


Melaspas


Upacara dan upakara yang alit/ sederhana sebagai berikut:
1. Caru dengan nasi Panca Warna: putih, merah, kuning, hitam, dan brunbun (campuran keempat warna itu). Nasi diwarnai dengan pewarna seperti membuat kuwe.
Letakkan urutan warna itu dari kiri memutar/ melingkar ke kanan, di mana warna brunbun di tengah-tengah. Letakkan di atasnya irisan isen, jahe, dan bawang merah. Diisi juga sedikit arak dan berem (anggur merah).
Semuanya letakkan dia tas daun pisang, dialasi piring, di mana nasi warna putih di arah timur. Caru ditaruh di bawah (di lantai bangunan), dihaturkan kepada Bhuta (alam semesta).
2. Banten (upakara): pengurip-urip, banyuawang, dan prayascita. Bila ini sulit membuat, pakai canang sari saja dengan dupa.
3. Setelah banten dihaturkan, sapu tiang-tiang bangunan/ sebagian atap dengan air laut. Alat penyapunya: daun ilalang dan daun dap-dap.
Air laut adalah symbol dari Sapta Gangga. Bila anda punya air asli dari Sungai Gangga, bisa gunakan itu, sangat bagus. Bila sulit mencari ilalang dan daun dap-dap, gunakan bunga gemitir atau bunga lain.
4. Semua tiang di-torek dengan cat berwarna: merah, putih, hitam berurutan dari atas ke bawah (torehannya kecil-kecil saja)
5. Tirta mohonkan di Padmasari yang ada di rumah, atau di pelangkiran kamar suci anda. Tirta disiratkan ke bangunan baru itu.
6. Puja, gunakan bahasa biasa saja, pokoknya anda mohon kepada Hyang Widhi agar bangunan disucikan yaitu bahan-bahannya “dihidupkan/ diurip” agar tidak “ngeletehin” kita.
7. Setelah itu anda sembahyang seperti biasa.

melaspasin toko

Tingkatan upacara melaspas, seperti halnya upacara-upacara lainnya yaitu:
  1. Kanista, upacara yang dilakukan paling sederhana
  2. Madya, Upacara yang dilakukan tergolong sedang.
  3. Utama, Upacara yang dilakukan tergolong besar.
Sebelumnya dilakukan upacara Melaspas, dilakukan terlebih dahulu mecaru.
  • Nedunang Bhutakala
  • Menghaturkan Labaan
  • Mengembalikan ketempatnya masing-masing.
Selanjutnya baru dilakukan upacara Melaspas, Rangkaian upacara melaspas sebagai berikut:
  1. Mengucapkan orti pada mudra bangunan
  2. Memasang ulap ulap pada bangunan, ulap ulap dipasang tergantung jenis bangunan ( ulap ulap kertas yang ditulis dengan hurup rajahan ).
  3. Bila bangunan tersebut tempat suci maka dasar banguan digali lubang untuk tempatkan pedagingan, kalau bangunan utama di isi pedagingan pada puncak dan madya juga, pada bagian puncak diisi padma dari emas.
  4. Pangurip urip,arang bunga digoreskan pada tiap tiap bangunan (melambangkan tri murti, Brahmana, Visnu, Iswara), jadi umat Hindu Bali percaya bahwa bangunan yang didirikan tersebut menpunyai daya hidup.
  5. Ngayaban banten ayaban dan ngayaban pras pamlaspas yang didahului memberikan sesajen pada sanggah surya ( Batang bambu yang menjulang tinggi)
  6. Ngayaban caru prabot
  7. Ngeteg-Linggih. Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih), lalu upacaranya di tingkat madya dan nistaning utama bisa dilaksanakan sekaligus. (Drs.I Nyoman Singgih Wikarman)
Puncak upacara melaspas umumnya disertai dengan menancapkan tiga jenis bentuk banten yang disebut ”Orti”. Tiga jenis banten Orti itu adalah Orti Temu, Orti Ancak dan Orti Bingin. Tiga Orti ini menggambarkan makna dari rumah tinggal tersebut. Orti Temu sebagai simbol yang melukiskan rumah tinggal itu setelah dipelaspas bukan merupakan rangkaian bahan-bahan bangunan yang bersifat sekala semata yang tak bernyawa, tetapi sudah ditemukan dengan kekuatan spiritual yang niskala dengan upacara yadnya yang sakral. Ini artinya rumah tinggal itu sudah hidup atau ”maurip” secara keagamaan.





1). SANGGAR SURYA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Penastan, Ring Sor: Segehan Agung, petabuh arak-berem-tuak.
2). PADMASANA: Daksina Pralingga, Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati, Ayaban Tumpeng pitu , Penastan, Rantasan, Cane, Sesayut Amertha Dewa, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Agung.
3). PANUNGGUN KARANG: Daksina Pralingga, Suci Alit, Pejati, Ketipat Dampulan, Ayaban Tumpeng lima, Rantasan, Orti, Ulap-ulap, Sapsap, Lamak, gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan Hitam.
4). LAPAAN / PANGGUNGAN: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati , Ayaban Tumpeng 11 (Peras, Pengulapan, Pengambyan, Dapetan, Penyeneng, Kurenan, Panyegjeg, Pancoran, soda, pangkonan), Jerimpen Sumbu 1 pasang, pajegan buah 1, Pajegan bunga, Sesayut lembaran: Sesayut Tulus Ayu, Sesayut Siddha Karya, Sesayut Siddha Lungguh, Sesayut Siddha Sampurna, Sesayut Dewa Rame Rawuh. Penastan, Lamak, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
5). BANTEN PEMELASPAS PELINGGIH: Suci Alit, Pejati, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Perabot Tukang (siku, palu, pahat).
6). BANTEN PEMELASPAS RUMAH: Suci Alit, Pejati, Ayaban Tumpeng Lima, Sesayut Pemelaspas, Urip-urip, Ulap-ulap, Orti, Ceniga, Gantung-gantungan, Segehan Cacahan.
7). BANTEN PELANGKIRAN (kalau ada): Pejati, ceniga, gantung-gantungan, segehan cacahan.
BANTEN DAPUR, SUMUR: @ peras, daksina, segehan cacahan.
8). BANTEN PEMESU: Soda 2 set, ceniga, gantung-gantungan @ 2 set, segehan panca warna.
9). CARU PANCA SATA DI NATAH:
A. Arah Timur: Caru ayam putih tulus, dengan urip 5, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna putih.
B. Arah Selatan: Caru ayam biying (merah), dengan urip 9, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng,Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, koberwarna .
C. Arah Barat: Caru ayam Putih Kuning, dengan urip 7, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna kuning.
D. Arah Utara: Caru ayam Hitam, dengan urip 4, lengkap dengan banten ayaban caru, suci alit, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober warna Hitam.
E. Di Tengah: Caru ayam brumbun, dengan urip 8, lengkap dengan banten ayaban caru, Suci Laksana, Daksina Gede, sanggah cucuk lengkap dengan bantennya peras penyeneng, Ceniga, Gantung-gantungan, penjor, kober lima warna. Sesayut Byakala, Prayscita, Durmenggala
F. Perlengkapan Caru yang lainnya:
Masing-masih Caru berisi nasi bulan dengan lauk kuning telor ayam, nasi matan ai dengan lauk putih telor ayam, nasi segara muncar dengan lauk darah mentah. Masing-masing caru berisi: nasi selasahan, tulung urip dengan lauk kacang sawur, cau petik dengan lauk kacang sawur, cau tampak dengan lauk kacang sawur, tri kona dengan lauk ikan laut, dan nasi takep-takep dengan lauk ikan tawar, masing-masing ditanding sesuai dengan arah, warna dan urip. Sapu, tulud, kulkul, tetimpug, arak-berem-tuak-toya anyar.
10). AREPAN SANG MAMUJA: Suci Laksana, Daksina Gede, Pejati,sesayut Dharma Wiku, Prayascita, Byakala, Durmenggala, Pengulapan, Eteh-eteh Padudusan alit, Payuk Pelukatan, Sibuh Pepek, Kuskusan Sudamala, Lis Gede 1 buah. Ceniga, Gantung-gantungan, di bawahnya Segehan Cacahan.
* Catatan: kalau mau diturunkan tinggal merubah suci laksana menjadi suci alit, dari suci alit menjadi suci sibakan. Caru dari panca sata menjadi eka sata.
Om Santih Santih Santih Om
Sumber:
* Lontar Mpu Lutuk-Koleksi pribadi
* Lontar Kala Tatwa-Kolekasi pribadi
* Lontar Indik Nguangun Parahyangan-Koleksi pribadi
* Lontar Wiswakarma Tatwa-Koleksi pribadi





melaspasin sanggah

Kata “Melaspas” sendiri berasal dari bahasa Bali yang terdiri dari dua rangkaian kata yakni “Mlas” dan “Pas”. Apa artinya? Kata “Mlas” mengandung makna “pemisah” dan kata “Pas” berarti cocok. Dan maknanya secara komprehensif dari Melaspas ialah dalam pembuatan sebuah bangunan biasanya terdiri dari dua unsur yang berbeda yakni unsur kayu dan batu, dimana kalau disatukan akan terbentuk bangunan yang cocok dan sangat layak untuk ditempati atau ditinggali. Dan Upacara Melaspas untuk tempat suci atau istananya Dewa Bhatara biasanya akan dilanjutkan dengan Ngenteg Linggih.
Kegiatan upacara ini memiliki kandungan makna yang mendalam bagi segenap umat Hindu sehingga menjalankannya sudah selaiknya hal yang wajib. Upacara Melaspas merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dari nenek moyangnya yang berhasil dipertahankan hingga kini. Upacara sarat makna ini dilakukan oleh orang-orang yang baru saja memiliki bangunan baru supaya ketika nanti didiami orang tersebut merasakan kenyamanan, kedamaian, dan juga ketentraman serta terhindarkan dari segala hal-hal yang tidak diharapkan semisal sakit, pemborosan keuangan, pertengkaran dan lainnya. Makanya banyak warga lokal Bali yang senantiasa “memaksakan” diri untuk melakukan Upacara Melaspas ini.
Dalam Upacara Melaspas ini disebutkan bahwa ada tiga tingkatan yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi orang yang melakukannya. Tiga tingkatan dalam Upacara Melaspas ini ialah:
1. Kanista dimana Upacara Melaspas yang dilakukan tergolong kecil atau alakadarnya saja karena yang paling penting ialah tujuan substantifnya.
2. Madya atau penggolongan Upacara Melaspas dalam kategori menengah
3. Dan Utama dimana Upacara Melaspas yang dilakukannya tergolong besar dan megah
Pelaksanaan Upacara
Laiknya pelaksanaan upacara-upacara lainnya, dalam Upacara Melaspas juga ada tata-cara pelaksanaannya yang cukup rigid. Yakni sebagai berikut:
Ngayaban Caru atau dalam bahasa awamnya yakni mengantarkan sesajen dengan mantra:
– Mengundang sang Bhutakala
– Memberikan labaan
– Dan mengusir atau mengembalikan berbagai roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat asalnya. Dan kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan artinya untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu.
Ngayaban Pamlaspas yang biasanya didahului dengan:
– Memberikan ucapan orti yang ditujukan pada mudra bangunan
– Memasangkan ulap-ulap pada bangunan yang mana disesuaikan dengan jenis bangunan
– Kalau bangunan merupakan tempat yang suci maka didasar bangunannya digali lubang untuk ditempatkan pedagingan dan dibagian puncaknya diisi dengan padma dari emas.
– Pangurip-urip yakni arang bunga yang diulaskan pada tiap-tiap bangunan yang melambangkan Tri Murti: Brahmana, Wisnu, Iswara. Banyak warga Hindu yang percaya bahwa bangunan yang telah didirikan tersebut memiliki roh hidup
– Ngayaban pas pamlaspas dan juga Ngayaban banten ayaban yang diawali dengan memberikan sesajen kepada Sanggah Surya atau sebatang bambu yang menjulang tinggi
– Ngayaban caru prabot
Ngenteg Linggih
Hal ini dilakukan kalau Upacara Melaspas ini untuk tempat suci, lalu upacaranya pada tingkat madya dan nistaning utama bisa dilaksanakan sekaligus.

Melaspasin rumah


pedagingan y i logam mulia yang dipasupati oleh sulinggih
dasaran y i bata yang dipasupati oleh sulinggih
caru ekasata pake ayam brumbun
sesayut durmangala
sesayut prayascita
pejati nunas tirtha ke pura-pura
sodan
sodan/sesayu putih kuning

Melaspasin dapur


sesayut putih kuning
sesayut prayascita
sesayut durmangala
caru
biak aon
pengulapan pengambean
sodan
sanggah cucuk
gegantungan
wadah tirta
peras daksina
canang

sesayut durmangala

“Tebasan Durmengala”.
            Sebagai alasannya adalah “kulit sesayut”, kemudian diisi sebuah “tumpeng” yang disisipi” “berambang”, jae dan terasi yang merah sertamentah. Mengenai “tumpengnya” ini ada lontar yang menyebutkan berwarna hitam dan putih tetapi ada pula yang menyebutkan putih.
Kemudian dilengkapi dengan lauk-pauk, ikannya “telur bekasem (telur asin), “rujak” 1 takir, kacang 3 “tangkih”, jajan, buah-buahan masing-masing jenis 5 biji/iris “sampian nagasari” “pescian/pengeresikan”, penyeneng”, “canang genten/”burat wangi”/sari”, “Lis” (dari janur kelapa hijau) “padma”dan sebuah “daksina” yang berisi benang satu “tukel”, wang 225 dan lain-lain selengkapnya. (untuk demikian pula “duwegannya” adalah “kelungah” kelapa hijau yang di “kasturi”).
Penggunaannya:
Upakara ini dapat dipergunakan kalau ada kerusakan yang besar atau perbaikan yang agak besr, terjadi kelainan-kelainan di rumah atau tempat suci, (terjadi ke “durmengala”an seperti “pura” terbakar, dihanyutkan oleh air, dirubuhkan oleh angin, ditimpa pohon-pohonan, ada “lulut”/ meenyertai upakara “Bhuta-yadnya” yang agak besar.
“Mantra Tebasan Durmenggala”.
Pkulun Sang Kala Purwa, sang Kala sakti, Sang Kala Brajamuka, sang Kala Ngulaleng, Sang Kala Suksma aja sira pati panyinga aja sira pati paprotongi iti tadah sajinira, penek lawan bawang, jae mwang terasi bang, iwak antig, jinah satak lima likur, lawe satukel, manawi kurang tadahan nira, aywasira usil silih gawe, tukunen sira ring pasar-agung, iki jinah satak lima likur, lawe satukel, wehenta, senak raninnira mwang putunnira, ndah sira lungha amarah desa, aja maring kene, den pada siddhir astu. OM. Kala bhyo bhokte hama svaha.
“Prayascita” dan “tebasan Durmenggala” pelaksanaannya b ersama. Cuma “banten” “tebasan durmengala” terlebih dahulu di “ayabkan”, baru kemudian “prayascita”









Dagang banten di Lumajang

Agama paling benar


seorang wartawan (bule)bertanya kepada Dalai Lama setelah beliau ceramah
"Agama apakah yang paling benar?"
Dalai memandang sesaat lalu menjawab
"Agama yang menjadikanmua sebagai orang baik atau lebih baik dari sebelumnya."
wartawan itu tampak gugup. mungkin mengira bahwa Dalai Lama akan menjwab "Agama Budha"





mm

Why I am still Hindu

Menjual banten



menjual sarana
menjual canang, pejati, banten

Ko ada agama garis keras

http://www.mantanmuslim.com/2009/01/sejarah-singkat-muhammad.html

Dulu kami selalu bertanya, mengapa ada muslim yang cinta damai, yang toleran dengan pemeluk agama lain, dan dipihak lain terdapat muslim yang radikal, yang memusuhi non muslim dan memerangi para kafir (Israel, AS, dan agamanya), padahal kedua pihak itu menggunakan dasar yang sama yaitu Quran. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita menelaah Quran berdasar sha’ne nozool (konteks) dalam penurunan ayat2 tersebut, agar kita dapat mengerti apa sebenarnya perintah yang dimaksudkan dalam Quran.

Minggu, 28 Juni 2015

Veda adalah pengetahuan

 http://samskrta.ning-host.com/veda/
veda berarti pengetahuan. Ia merupakan peninggalan pengetahuan tertua di dunia bagi umat manusia. veda ada dalam jumlah banyak bahkan ada beribu-ribu jumlahnya. Yang kita terima sekarang adalah veda yang dihimpun atau dikodifikasi menjadi empat bagian oleh mahaRShi vyaasa. Di samping dibagi empat secara tegak (menjadi Rg, Yajus, saama, dan atharva veda), veda juga dibagi empat secara menyamping menjadi empat tingkatan (saMhita, braahmaNa, aaraNyaka, dan upaniShad) yang merupakan tingkatan anak tangga dari dvaita (dualitas), vishiShTaadvaita (non dualitas yang bersifat atau terbatas), hingga advaita (non dualitas).



Namun para ahli manca negara yang berkumpul di Universitas Houston (UofH) Texas, di Amerika Serikat pada tanggal 8-10 Juli 2006 menyimpulkan lain. Saat itu diadakan konferensi dua tahunan WAVES (World Association of Vedic Studies, Asosiasi Dunia tentang Pembelajaran Veda) yang ke enam, dengan tema Pendapat veda untuk Keharmonisan Dunia Serta Kedamaian Dalam Konteks Masa Kini




para penulis Barat dan Eropa sentris menyebutkan bahwa isi veda mengalami perubahan atau evolusi terus menerus sehingga ia tidak murni lagi. Dan tampaknya masih banyak di antara kita yang memiliki pandangan yang seperti itu.
Namun lagi-lagi hal seperti itu tidak berdasar. veda memiliki di dalam dirinya mekanisme untuk melindungi dirinya sendiri dari perubahan. Sedemikian telitinya mekanisme tersebut sehingga ia bisa mengembalikan kalimat, kata, atau suku kata yang hilang ketempatnya semula. Lebih tepatnya, mekanisme tersebut tidak akan membiarkan berubahnya veda, bahkan meskipun hanya setengah suku kata.



Untuk mengetahui mekanisme penjaga kemurnian veda tersebut, ikuti veda Selalu Murni.

Teknik-teknik Untuk Melindungi Kemurnian veda

 http://samskrta.ning-host.com/veda/selalu_murni/





Dewa Arsitek

Bhagawan Wiswakarma sebagai dewa para arsitektur.


Dewa Arsitektur

Bhagawan Wiswakarma
Dewa para Undagi (Arsitek)

Oleh: Gede Agus Budi Adnyana,S.Pd.B.,M.Pd.H

            Rumah, istana, mandir (pura), kereta, hingga berbagai jenis senjata dari yang kecil hingga yang kelas kaliber, baik yang terbuat dari bahan kayu, ataupun besi dan sebagainya, dan dikerjakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing. Keseluruhan itu. Dikuasai dan dijiwai oleh kekuatan agung nan suci yang datang dari salah satu Dewa pujaan Hindu bernama Sang Hyang Wiswakarma.
 
            Sang Hyang Wiswakarma sebenarnya adalah salah satu dari sekian banyak Dewa di kahyangan dan tetap sebagai Dewa yang secara organisasi masih berada pada naungan raja dari para dewa yakni Dewa Indra. Mengenai personal dan pribadi beliau, Sang Hyang Wiswakarma sangat mirip dengan Dewa Brahma sang ayahanda dari alam ini.
 
 
            Dalam kitab Ramayana, Sang Hyang Wiswakarma dikatakan memiliki putra yang bernama Nala dan Nila. Seperti ayah mereka Sang Hyang Wiswakarma, Nala dan juga Nila memiliki bakat menjadi sang arsitek terkemuka. Jembatan Situbanda yang memotong samudra Hindia berdiri dengan kokohnya menjadi penghubung tanah Bharatawarsa dengan Lankapura. Jembatan monumental itulah hasil dari rancangan dari arsitek Nala dan Nila, putra sang arsitek para dewa yakni Sang Hyang Wiswakarma.
 
           Dalam kitab Siwa Purana, Dewa Siwa yang hendak menghancurkan kejayaan tiga Raksasa putra Dari Tarakasura yang bernama Tarkasa, Kamalaksa, dan juga Widyunmali, memerlukan sebuah panah yang canggih. Di sanalah Sang Hyang Wiswakarma mendisain panah Pasupata untuk digunakan menghancurkan tiga raksasa tadi.
 
 
            Di tanah Bali, salah satu babad mengatakan bahwa sewaktu terjadi perjanjian antara Ida Dang Hyang Siddhi Mantra dengan Sang Naga Basuki, mengenai kehidupan Manik Angkeran, dan juga hilangnya Mahkota Sang Naga, Sang Hyang Wiswakarma jugalah yang ikut ambil bagian menyelesaikan masalah itu.
            Mahkota Naga Basuki yang termasyur tersebut, merupakan hasil dari rancangan dan buatan dari Sang Hyang Wiswakarma. Ialah arsiteknya para Dewata, insan agung yang memiliki daya cipta kuat dan sakti mengenai segala macam arsitektur yang ada, baik kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
            Ada sebuah doa pujaan yang khusus diperuntukan bagi Sang Hyang Wiswakarma, doa itu ialah :
            Jaya sri Wiswakarma prabhu yaja sri Wiswakarma
            Sakala srsti ke karta raksaka stuti dharma
            Adi srsti main widhi ko sruti upadesa diya
            Jiwa matra ka jaga main, jnana wikasa kiya
            Rsi angira tapa se santi nahin pai
            Dhyana kiyo jaba prabhu ka sakala siddhi pai
            Roga grasta rajane, jaba asrayalina,
            Sankata mocan bana kara, dura duhkha kina
                                                                             Jaya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kisah dibalik gebyar

Kenapa memilih Hindu

kembali ke ajaran dharma



APA YANG SALAH DARI HINDU? “BANGGALAH ANDA TETAP DI JALAN DHARMA”

02 Feb
Om Swastyastu,
Belakangan ini kita cukup senang mendengar banyak saudara kita yang kembali ke ajaran dharma, ajaran yang bersumber dari Veda. Mereka telah di Sudhi Wadani menjadi seorang Hindu. Namun, saking senangnya kita melihat hal tersebut, kita malah tidak menghiraukan adanya bahaya yang terus memepet posisi kita.
Di tempat lain, malah banyak saudara kita yang pindah agama karena berbagai alasan. Mereka yang lemah, yang haus akan spiritual, yang tidak puas dengan jawaban “nak mula keto”, yang ingin mencari kedamain dengan jalan rohani, yang terpuruk karena ekonomi dan disibukkan dengan ritual yang menelan banyak biaya, mulai didekati oleh para kaum misionaris-misionaris untuk menawarkan produk yang tidak jelas kualitasnya.
Betapa sedihnya hati melihat saudara kita meninggalkan ajaran sanatana dharma karena kasus konversi. Maraknya kasus konversi agama belakangan ini sungguh membuat kita bingung. Kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa agama diperjual-belikan? Apa yang melandasi saudara-saudara kita pindah agama? Apa benar agama Hindu itu sulit? Apa benar agama lain lebih baik dari Hindu? Apa ada yang salah dari agama Hindu? Banyak pertanyaan di otak kita yang terus bermunculan akibat kasus seperti ini.
Hal ini sesungguhnya menjadi PR bagi kita umat dan para tokoh Hindu. Mencari solusi atas permasalahan ini, agar umat Hindu tidak semakin berkurang karena konversi agama. Belum lagi karena kasus pernikahan beda agama, yang menjerat gadis ataupun pria Hindu untuk pindah agama mengikuti pasangannya.
Siapa yang salah? Mari kita berbenah dari sekarang. Mulailah menumbuh kembangkan sikap bangga terhadap Hindu, bangga terhadap ajaran dharma. Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan Hindu, karena dengan banyak membaca kita dari tidak tau menjadi tau, dari membaca kita bisa menjawab banyak pertanyaan yang orang lain dituduhkan ke agama kita. Dari banyak membaca kita bisa menjawab banyak pertanyaan yang ada dalam otak kita. Selain itu, banyak-banyak bertanyalah pada orang yang tau tentang bagaimana Hindu itu, seperti sulinggih, pemangku, serta tokoh agama.
Tanamkan sikap militan Hindu pada diri anda. Jika anda tau ada saudara kita yang terkena konversi, segeralah sadarkan. Selain itu, mari kita mulai tanamkan pendidikan Hindu sejak dini pada anak cucu kita. Dimulai dari pendidikan Hindu di keluarga, sekolah, masyarakat (melalui pasraman). Dengan mengajarkan pendidikan Hindu sejak dini, diharapkan kita bisa memiliki benteng iman yang kuat untuk menolak konversi agama.
Berikut saya lampirkan sebuah sharing dari saudara kita yang lama tinggal di Arab tentang bahwa Dia tetap Hindu walau hidupnya sebagian besar bergaul dengan agama Islam. Dari sharing saudara kita ini, saya berharap saudara-saudaraku sedharma bisa mencontoh sikapnya yang smakin mantap di jalan dharma menjadi sorang Hindu.
Namanya “Made K. Kurniawan“, cerita ini nyata, bukan sebuah rekayasa yang saya buat sendiri. Selamat menyimak.
Suksma.
Om Santih Santih Santih Om.
Why I am still A hindu (Mengapa Saya Masih Hindu) ?
Aum Svastiastu,
Saya ada cerita sedikit tentang pengalaman saya waktu baru beberapa hari tiba di Kuwait.
Pada sebuah kesempatan, salah seorang teman baik muslim dari Indonesia bertanya, “Made, kamu sudah tahu banyak tentang Islam dan paham ajaran Islam tapi kenapa kamu masih Hindu?
Pertanyaan sensitif yang perlu jawaban extra hati2 karena saya satu2nya orang yang berasal dari Bali dan beragama Hindu di negara arab (kandang Islam). Salah2 saya bisa pulang tinggal nama.
Dia bertanya demikian setelah saya menceritakan latar belakang saya yaitu orang bali yang lahir dan besar di lingkungan muslim di Lampung dan ikut pelajaran agama islam dari SD sampai perguruan tinggi. Saya juga menceritakan pengalaman saya ketika kecil saya ikut teman2 sepermainan belajar mengaji (membaca quran) di sebuah surau ( Langgar ) dekat rumah saya tinggal. Tak pelak lingkungan yang demikian membuat saya fasih dan hafal surah2 utama dalam shalat khususnya surah Al-Fatiha.
Kebetulan yang bertanya ini adalah teman baik saya. Saya sering menginap dan makan di flat nya. Demi menjaga persahabatan dan tidak menyinggung perasaan dia, meskipun saya kritis terhadap Islam dan militan Hindu, saya hanya menjawab secara diplomatis, ‘mungkin saya belum mendapat hidayah dari Allah. Doakan saja supaya saya cepat mendapat hidayah dan segera masuk Islam. Insyalla, Allah Karim.’
Sambil tersenyum teman saya menimpali, ‘Bagus, Insyalla, Allah Karim.’
Setelah percakapan tsb, teman2 muslim yg lain memberi saya banyak buku2 referensi Islam dan bahkan ada yang menyarankan saya untuk meminta buku2 tentang Islam secara gratis di kantor Islam Presentation Committee ( IPC ) cabang Kuwait, sebuah organisasi syiar Islam yang memberikan informasi dan dakwah Islam secara gratis kepada para calon mualaf di Middle East.
Ya, saya memang sempat ke kantor IPC dan mendapat buku2 Islam gratis dan membacanya. Saya juga berdialog dan bertanya kepada teman2 muslim, ustad, mullah dari India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Syria, Palestine, Jordania dll. Secara garis besar pandangan mereka dan umat muslim seluruh dunia tentang islam adalah sama yaitu Islam adalah satu2nya agama yg paling benar dan satu2nya paspor menuju surga karena memang demikianlah yg diajarkan oleh nabinya dan tercantum dalam kitab suci mereka.
Namun anehnya semakin byk saya membaca referensi Islam dan semakin byk yg saya ketahui tentang Islam khususnya riwayat Nabi Islam, justru saya malah semakin mantab memeluk Hindu. Tentu ini berbeda dengan kasus2 mualaf yang mengaku masuk Islam dan menjadi muslim setelah membaca dan mempelajari Islam.
Sekedar selingan, ada cerita menarik tentang teman saya dari Filipina yang sama2 bekerja di Kuwait. Dia pindah agama dari Kristen ke Islam. Kepada saya dia mengaku mempelajari islam selama kurang lebih 7 thn sebelum akhirnya memutuskan utk pindah menjadi muslimah. Saya tanya, “kamu tahu berapa jumlah isteri Nabi Muhammad?.” Dia jawab, tiga. Saya cuma tersenyum. Besoknya saya bawakan dia buku biografi Muhammad. Dia  hampir tidak percaya bahwa Muhammad beristrikan 12 orang (ini yg resmi) tdk termasuk gundik (concubine tawanan perang). Saya bilang ke dia, nurani dan akal sehat saya sulit menerima dan mengakui org semacam itu sbg org suci apalagi sebagai nabi (utusan tuhan). Dia cuma bisa senyum sambil menelan ludah pahit…
Kembali ke cerita saya semula. Di bawah ini adalah bbrp alasan saya pribadi mengapa sampai sekarang saya masih beragama Hindu dan selamanya akan tetap Hindu.
1.   Merenungi karakteristik ajaran Veda yang begitu profound dan inklusif, saya berpendapat bahwa ajaran Veda diterima oleh orang2 suci (enlightened seers) ) yang benar2 suci dan qualified dibidang spiritual dan bebas dari dominasi triguna. Para Rsi2 agung ini mengajarkan ajaran suci Veda kepada manusia dari generasi ke generasi tanpa dilandasi motif self interest atau political interest sebagaimana yg terjadi pada agama2 semitik.
2.   Kalau pada agama2 semitik sang nabi naik ke bukit dan memproklamirkan diri (self proclaim) di hadapan orang2 mengaku sebagai nabi utusan tuhan dan bisa menerima wahyu pada saat kapan dan dimana saja termasuk di kasur, sumur dan dapur. Sedangkan Rsi2 Veda mendapat dan menerima wahyu Veda pada saat menjalani laku dan disiplin spiritual yg ketat dan lama sehingga mencapai tahapan samadhi, sebuah fase manunggaling dg Paramatma sehingga bisa memahami rahasia alam semesta termasuk Tuhan dan mentransformasinya ke dalam bahasa dan tulisan manusia. Pada tradisi Veda justru orang2 (publik) yang haus akan pelajaran spiritual lah yg datang ke Rsi untuk belajar spiritual dan bukan Rsi yang secara aktif pergi kesana kemari mencari pengikut sebanyak2nya sebagaimana yg kita lihat pada tradisi agama2 abrahamik.
3.   Saya meyakini letak geografis sangat menentukan karakteristik ajaran sebuah agama. Mengapa ajaran agama abrahamik terkesan keras dan barbar tidak lain disebabkan karena faktor alamnya yg keras dan suhu panas yg ektrim di daerah gurun pasir arabia menentukan aspek emosional inhabitannya. Berbeda dengan alam India tempat para Rsi Agung bertapa dan menerima wahyu Veda yaitu alam pepohonan yg hijau, gunung, bukit yg hijau, sungai dg air yg jernih dan menyejukkan, maka ajaran Veda pun menyejukkan.
4.   Hanya di Hindu saya menemukan ajaran persaudaraan yg menyejukkan yaitu konsep persaudaraan universal yg dikenal dg Vasudaiva Kutumbakam, sebuah mahavakya yg mengakui bahwa umat manusia terlepas dari apapun latar belakangnya (suku, agama, bahasa, bangsa, budaya, tradisi, warna kulit) diseluruh dunia  bersaudara. Ini berbeda dg konsep agama semitik yang hanya mengakui org2 internal agamanya saja sbg saudara sedangkan org2 di luar agamanya sebagai musuh.
5.   Konsep Tuhan, Atman, Moksa, Reinkarnasi, Karma, Rta, Dharma (exclude the Puranas) bagi saya lebih appealing daripada konsep Tuhan, Surga, Neraka, Nabi, Pahala, Kiamat, alam kubur, hari pengadilan (judgement day) dan kebangkitan (resurrection) nya agama semitik. Note: I am not a big fan of Purana.
6.   Overall, kedalaman spiritual Veda lebih memuaskan kebutuhan spiritual saya ketimbang ajaran agama semitik yg dangkal dan kering. Bagi saya ajaran agama semitik hanya cocok utk anak2 TK (taman kanak2) dimana Tuhan bertindak seperti guru TK yg menakuti2 siswa dg hukuman jika tdk mengerjakan PR dan memberi hadiah jika mengerjakan PR.
7.   Nurani dan akal sehat saya menolak sifat2 Tuhan antropomorfik dalam ajaran agama2 semitik (pencemburu, pendendam, senang kalo disembah, marah dan murka kalau tdk disembah, bahkan yg lucu Tuhan menyesatkan manusia karena manusia menolak dan menentang nabinya).
8.   Nurani dan akal sehat saya menolak seseorang yg mengawini 12 wanita (blm termasuk gundik tawanan perang) sebagai org suci apalagi sebagai utusan tuhan, terlebih salah seorang isterinya adalah anak kecil umur 6 thn, anak ingusan yg blm paham bagaimana mengurus kerjaan di kasur, dapur dan sumur. Kualitas spt ini tentu sangat jauh dari kualifikasi org suci.
9.   Membaca biografi nabi Islam, artikel2 tulisan murtadin Anwar Shaikh (Islam: Arab Imperialism), the Nature of Prophethood, buku2 Ali Dasti, Ali Sina dll, saya mantab dan yakin akan kebenaran ajaran Veda.
10. Kebenaran ajaran Veda adalah ‘self-evident dan experential” dan bersumber serta berdasarkan pengalaman spiritual langsung org2 yg tercerahkan (come, see, learn and experience the truth)  dan bukan dogmatic yg berpusat pada satu orang nabi (listen and believe) yang mengeluarkan ayat semaunya kapan dan dimana saja termasuk saat di kasur, sumur dan dapur dan mengubah atau membatalkan ayat2 yg diterima sblmnya dg alasan ayat2 tsb datang dari bisikan setan dan bukan dari tuhan.. (hahaha.. what a joke….?
Aum santih, santih, santih Aum.
 sumber:
 https://pandejuliana.wordpress.com/2012/02/02/apa-yang-salah-dari-hindu-banggalah-anda-tetap-di-jalan-dharma/