Selasa, 30 Juni 2015

makuh

kalau menemui Galungan dan rumah blm selesai maka di dalam rumah dibuatkan pelangkiran dan diaturkan banten prascita.

 wuku Dunggulan diyakini sebagai hari yang penuh dengan energi negatif sehingga sering disebut sebagai uncal balung. Menurut sastra dan keyakinan umat Hindu juga menyebutkan bahwa wuku Dunggulan ini sangat dihindari melakukan upacara baik manusa yadnya, dewa yadnya, Bhuta Yadnya dan lainnya. “Guna menghindari terkontaminasi energi negatif dari  bhuta kala tiga dungulan itu, umat Hindu setiap hari Sugian Jawa dan Sugian Bali melakukan penyucian bhuana agung dan bhuana alit melalui upacara penyucian alam dan diri sendiri,” paparnya kemarin.

 bangunan yang mendekati 100 persen wajib dilakukan upacara pemelaspasan, makuh dan mecaru sebelum memasuki Hari Raya Galungan. “Hari yang paling tepat adalah pada saat Sugian Jawa yang dimaknai sebagai hari  penyucian bhuana agung atau alam, termasuk bangunan. Melalui upacara pemelaspasan, makuh dan mendeman ini menurut kepercayaan, bangunan itu diyakini  akan memberikan vibrasi yang positif sehingga keseimbangan dan harmonisasi


Melaspas


Upacara dan upakara yang alit/ sederhana sebagai berikut:
1. Caru dengan nasi Panca Warna: putih, merah, kuning, hitam, dan brunbun (campuran keempat warna itu). Nasi diwarnai dengan pewarna seperti membuat kuwe.
Letakkan urutan warna itu dari kiri memutar/ melingkar ke kanan, di mana warna brunbun di tengah-tengah. Letakkan di atasnya irisan isen, jahe, dan bawang merah. Diisi juga sedikit arak dan berem (anggur merah).
Semuanya letakkan dia tas daun pisang, dialasi piring, di mana nasi warna putih di arah timur. Caru ditaruh di bawah (di lantai bangunan), dihaturkan kepada Bhuta (alam semesta).
2. Banten (upakara): pengurip-urip, banyuawang, dan prayascita. Bila ini sulit membuat, pakai canang sari saja dengan dupa.
3. Setelah banten dihaturkan, sapu tiang-tiang bangunan/ sebagian atap dengan air laut. Alat penyapunya: daun ilalang dan daun dap-dap.
Air laut adalah symbol dari Sapta Gangga. Bila anda punya air asli dari Sungai Gangga, bisa gunakan itu, sangat bagus. Bila sulit mencari ilalang dan daun dap-dap, gunakan bunga gemitir atau bunga lain.
4. Semua tiang di-torek dengan cat berwarna: merah, putih, hitam berurutan dari atas ke bawah (torehannya kecil-kecil saja)
5. Tirta mohonkan di Padmasari yang ada di rumah, atau di pelangkiran kamar suci anda. Tirta disiratkan ke bangunan baru itu.
6. Puja, gunakan bahasa biasa saja, pokoknya anda mohon kepada Hyang Widhi agar bangunan disucikan yaitu bahan-bahannya “dihidupkan/ diurip” agar tidak “ngeletehin” kita.
7. Setelah itu anda sembahyang seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar