Jumat, 17 Juli 2015

HINDU RUMIT,

HINDU RUMIT, DAN MENYOGOK TUHAN ?
  Robert Kusuma
Kris : Pagi Bro Sindu…Sibuk sekali kamu menyiapkan hari Raya Galungan . Tapi asyik juga aku lihat lagi bakar Babi…… Kalau di agamaku sangat simple, paling Cuma nyanyi-nyanyi aja.
Slim : Ya Ndu,,,kamu sibuk sekali kelihatannya. Di agamaku juga simple. Kalau hari raya, cukup sembahyang aja di tempat suci. Gak perlu pakai sarana ribet-ribet. Gak perlu nyiapin buah-buahan , gak perlu sibuk cari janur untuk buat upakara, gak perlu repot-repot cari bunga dan hal2 yang membuat kita menjadi “pusing pala berbie”.
Sindu : Yah memang seperti inilah di agamaku. Ada beberapa ritual yang wajib aku jalankan.
Kris : Untuk apa beragama ribet bro ? bukankah agama bertujuan untuk mempermudah hidup? kalau kamu dipersulit, tinggalin aja yang seperti itu. Itu Kuno.
Slim : Ya betul. Apakah Tuhan butuh makanan itu ? yang kamu haturkan itu apa nantinya dimakan sama Tuhanmu ? Apakah kamu sedang menyogok Tuhanmu agar mendapatkan sesuatu ? Apa emang ada perintah dari Tuhanmu untuk menyiapkan segalanya ?
Sindu : Bagiku menyiapkan ini untuk hari besar bukanlah hal yang ribet dan rumit. Tuhan menciptakan kehidupan ini dengan dasar yadnya atau penuh pengorbanan dan sangat rumit untuk dipelajari. Jadi bisa menghaturkan yang sedikit rumit adalah kebanggaanku sebagai manusia yang bisa berkreasi maksimal untuk Beliau.
Kris : haruskah kamu mengadakan persembahan itu ?
Sindu : Gini bro…tidak ada kata harus dalam agamaku. Yang terpenting adalah kesadaran. Mari kita ibaratkan dulu Tuhan itu sebagai orang Tua dan kita sebagai anaknya. ketika kita masih kecil, kita menganggap orang tua kita sebagai tempat meminta dan memohon segala kebutuhan. Gak dikasi ngambek dan nangis. Sepertinya orang tua harus menuruti segala kemauan kita. Tapi setelah beranjak dewasa, kita sebagai anak akan mulai berfikir bagaimana caranya agar bisa memberikan sesuatu kepada Orang tua kita. Meskipun barangkali orang tua kita tidak membutuhkan pemberian dari kita. Tapi bukan nilai materi pemberiaan itu yang akan dilihat oleh orang tua kita, melainkan perhatian dan ketulusan sang anak.
Slim : Bukankah semua agama bersepakat bahwa Tuhan itu maha pemurah ? dan hanya kepadanya tempat kita meminta ?
Sindu : Betul Slim . Orang yang beragamanya belum dewasa, menganggap Tuhan adalah bapak penyedia segala kebutuhan manusia. Karena itu ia memandang Tuhan sebagai “order supplier” dan tidak lebih dari itu. Berbeda dengan orang yang beragamanya dewasa, menganggap Tuhan tidak sekedar penyedia layanan dan jasa. Ia mulai berfikir untuk memberikan sesuatu sebagai symbol pertukaran kasih antara dirinya dengan Tuhan. Ia tahu betul bahwa Tuhan tidak membutuhkan semua pemberiannya itu, tapi ketulusan dan bhaktilah yang dilihat oleh Tuhan.
Kris : Apakah jalan untuk Bhakti pada Tuhan hanya melalui persembahan-persembahan itu saja ?
Sindu : Tuhan maha tak terbatas. Begitupun cara berbakti kita padaNya tak terbatas juga. HAnya saja manusia adalah mahluk yang terbatas. Menurut ilmu psikologi dari Barat, manusia dikelompokan dalam 4 karakter saja antara lain : Koleris, Sanguinis, Melankolis dan Plegmatis. Begitu juga Hindu mengelompokan menjadi 4 bagian sesuai karakter manusia itu sendiri. Ada, Karma Yoga : Bakti dengan tindakan kerja keras, mengarahkan, dan tenaga. Bhakti Yoga ; dengan ritual-ritual yang meriah, gambelan dan nyanyian. Jnana Yoga ; adalah bakti dengan mempelajari kitab-kitab dan mengupas makna yang terkandung di dalamnya. Raja Yoga adalah bhakti dengan kesederhanaan,apa adanya bahkan tanpa sarana sesuai dengan karakter sang Plegmatis.
Slim : dari penjelasan si Sindu agama kita kok jadinya mirip seperti anak kecil yang selalu meminta aja …he he he he
Sindu : he he he wajar dong, karena disana terlalu banyak obral janji. Jadinya si anak manja,,,,,bisanya minta aja tanpa melakukan “pertukaran kasih” .
Kris : wah kalau gitu agamaku tergolong dalam Bhakti Yoga , karena banyak nyanyinya…..
Slim : mirip di Taman Kanak Kanak ya,,,,,makin kenceng nyanyinya makin bagusssss
Sindu : ssstttttt jangan saling menghina. Nenek bilang itu berbahaya.
Kris : Ndu,,,gimana cara mengukur atau melihat seseorang Hindu yang bisa disebut berbakti pada Tuhan?????
Sindu : simple bro. Hanya dengan mamahami tanda ini ( +) tanda plus . Cukup gak ruwet2.
Kris : Lho itu kan lambang agama gue ? ngapain loe bawa-bawa segala ke dalam pengertian agamamu ?
Sindu : Lho itu kan lambang di Hindu sejak jaman dahulu kala ? belum tau ya ?? ada dua garis vertical dan Horizontal. Disebut dengan tapak dara. Seperti tapak kaki burung dara. Dunia udah mengakui keyakinanku lebih dulu lahir dari yang lain. Jadi gak mungkin yang duluan niru yang belakangan. he he he
Kris : Coba jelaskan sekarang tanda plus itu yang berkaitan dengan bhakti ?
Sindu : Ada 5 point atau titik yang harus di capai agar bisa disebut Bhakti pada Tuhan dalam hal ini disebut dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Brahman. Intinya adalah pengorbanan secara tulus iklas. Garis ke atas adalah Dewa Yadnya . Bhakti dan pengorbanan pada para Dewa atau sinar suci Tuhan. Kalau Cuma rajin sembahyang dan berupakara di pura, itu baru satu point bro. Jangan kira diri kita sudah paling tau akan Hyang Widhi. Hyang Widhi itu luas cakupannya.
Slim : berarti orang yang rajin sembahyang dan berupacara belum tentu dikatakan dekat atau memahami Tuhan ? masih ada 4 point sebagai tolak ukurnya ya ???
Sindu : ya itu baru satu. ke dua adalah Garis Vertikal kesamping kanan adalah Rsi Yadnya. Yaitu bakti dan pengorbanan pada para guru suci. Karena beliaulah kita bisa memahami nilai-nilai luhur dalam kehidupan. jadi biasakan memberi sesuatu kepada para pemuka agama kita. Garis Vertikal ke kiri adalah Pitra Yadnya. Yaitu Bhakti kita pada para leluhur. Tuhan menciptakan kita melalui para leluhur ini. Bukan sim salabim tiba-tiba kita nongol. Garis ke bawah, Yaitu Bhuta Yadnya. Pengorbanan dan Bhakti pada alam, tumbuhan , hewan dan segala mahluk hidup yang ada di bumi ini. Yang terakhir adalah titik yang ditengah yaitu Manusia Yadnya adalah Bhakti dan melakukan pengorbanan pada sesama manusia tanpa memandang suku, agama dan Ras. Disamping itu adalah bhakti terhadap diri sendiri baik jiwa maupun raga. Kalau baik hanya pada umat seiman, itu belum sempurna kawan.Jika bisa melakukan ke-5 point di atas secara seimbang, barulah dikatakan orang ini memiliki spiritual yang bagus. Ke-5 point itu dilakukan secara sekala dan niskala. Secara niskala dengan serangkaian upacara/ ritual dan secara sekala adalah dengan action/ tindakan. Dan orang spt inilah yang paling layak disebut dengan penekun spiritual dan Bhakti pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Slim : Luar biasaaaaa…..he he he he aku Cuma baru rajin sembahyang bro,,,lihat jidat gue sampai hitam kepentok lantai,,,,tapi belum bisa merawat alam,,xi,,xi,,,xi,,,berarti aku baru dapat 1 point yo,,,,mih butuh lagi 4 point lagi.
Kris : Aku juga baru hanya rajin sembahyang dan bantu sesama manusia, yang lain masih belum. Baru 2 point.
Sindu : lewat lambang plus atau tapak dara inilah kita bisa mengukur seberapa luas kita sudah memahami beliau yang tak terbatas ini. Ngomong-ngomong babinya udah matang lho…aku mau menghaturkan dulu habis itu kita makan.
Kris : ayo ayo,,,aku udah laper ne
Slim : Harammmm….
Kris : kalau seandainya kamu Slim lagi tersesat di hutan atau gurun, dan hanya ada Babi makanan satu-satunya untuk bertahan hidup gimana bro ??
Slim : ya Halal….
Kris : xi,,,,xi,,,,xi,,,xi,,,,xi,,,,,,,, anggap aja kamu lagi tersesat hari ini,,,,,,,
Sindu : he he he Kris ,
Slim ; selamat Galungan ya Bro Sindu…….
Sindu : Trima kasih sobatku berdua. Semoga bermanfaat ....Bersambung.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar